Mencari kehilangan.
Tidak ada yang menyangka November akan melaju seperti ini. Seperti merayakan sebuah ketergesaan dalam balutan waktu yang seolah tidak ingin menunggu. Barisan hujan yang turun di akhir November menjadi penanda lain, sampai sejauh mana saya berjalan sejauh ini? Apa yang saya dapatkan selain pelukan dingin di minus 7 derajat? Apa saya telah melakukan yang terbaik?
Ketika di penghujung hari saya selalu bertanya mengapa fokus sepertinya menjadi kelemahan? Semangat yang dulu berkoar untuk dikeluarkan entah padam di persimpangan yang mana. Kelebihan energi disalurkan dengan dalih kegiatan demi kegiatan yang pada akhirnya mengantarkan pada pertanyaan,
”Untuk apa”
Okelah, tidak semua manfaat bisa dirasakan seketika. Beberapa hal membutuhkan proses untuk dicerna dan diolah menjadi kenangan. Saya hanya berharap kerja keras untuk meluangkan waktu bekerja di Stockholm Film Festival tahun ini bisa terbayar dengan senyum yang cerah di keesokan hari. Bukannya apa, semua kegiatan seolah menumpuk di bulan November. Selama 10 hari festival, bahkan saya tidak mempunyai waktu untuk menonton satu film pun! Apalagi ketika bekerja selama 10 jam berturut-turut.
Well. Capek.
Walaupun tahun ini jam kerja tidak sepadat tahun lalu, tetap saja kok rasanya shift tahun ini justru yang paling menguras energi?
Minggu terakhir November juga menandakan konferensi Nordic-Baltic tinggal hitungan hari. Dari sekian banyak acara yang dipercayakan, entah mengapa gugup tetap terasa menggerogoti. Mungkin karena saya bekerja diluar zona nyaman, diluar teman-teman komunitas yang sifatnya saya hapal luar dalam, atau karena banyaknya keterbatasan yang membuat faktor X bisa muncul dari setiap sisi.
Kekhawatiran yang terus menggelayuti ketika melihat daftar to-do-list kelangsungan acara. Maklum saja, menjadi penanggung jawab acara berarti memperhatikan seluruh detail persiapan dari A ke Z, dan sebaliknya. Berharap tidak ada celah yang bisa muncul karena seluruh hal sudah diantisipasi sebelumnya. Tapi bukankah rencana akan tetap menjadi rencana sampai hari H akan datang?
Dua minggu ini entah mengapa rasa malas juga menyergap dengan hebat. Dua minggu tidak berenang, tidak berolahraga membuat badan juga ikut terasa lemas. Ya, mau gimana lagi. Seluruh niat untuk berolahraga itu hilang dalam sekejap ketika memikirkan harus berjalan ke stasiun kereta dengan suhu 3 derajat dan gelap masih menyelimuti bumi Skandinavia. Rasanya ingin berada dibawah selimut saja sepanjang pagi.
Maka jadilah pembenaran demi pembenaran akan terus terjadi. Padahal salah satu trik untuk selamat dari kemalasan musim dingin adalah segera bergerak ketika bangun tidur. Jangan sampai terjebak dalam kehangatan dan ketermalasan tempat tidur, karena pastilah moodnya akan terganggu seharian. Begitu pula untuk menjadi pengingat diri sendiri, semua deadline harus dilakukan dalam satu waktu. Tidak ada sesi menyicil bacaan lagi, karena semuanya pasti akan dilakukan di menit terakhir.
Bulan November akan segera berlalu, menyisakan 3 minggu terakhir perkuliahan semester ganjil. 3 minggu dengan 4 deadline yang berdekatan satu sama lain. Semoga saya bisa melalui hari-hari berikutnya dengan aman sentosa. Halo November 🙂
[soundcloud url=”https://api.soundcloud.com/tracks/88136010″ params=”color=ff5500&auto_play=false&hide_related=false&show_comments=true&show_user=true&show_reposts=false” width=”100%” height=”166″ iframe=”true” /]