AngingMammiri dan identitas kelompok.
Saya teringat perkataan seorang teman bahwa ada saat ketika identitas seseorang disematkan kemana dia berkumpul dan berkerumun. Identitas yang menjadi dasar asumsi berlaku, bertindak dan bercakap. Sepanjang karir pertemanan dan interaksi sosialku pun sudah beberapa identitas yang saya sematkan ke punggung. Anak Kosmik, relawan Rumah KaMu dan Sokola, sampai bagian dari kumpulan bloger Makassar yang slogannya lebih banyak kumpul-kumpul dan hore-hore.
Sebenarnya seberapa kuat ikatan kelompok tersebut pada suatu individu? Untuk kelompok bloger yang begitu cair, mengapa bisa bertahan sampai 12 tahun di ranah digital?
Perjalanan AngingMammiri.org bisa dikatakan dimulai dari pertemuan beberapa founder yang akhirnya mencetuskan ide untuk berkumpul dan berkomunitas. Kisah ini entah sudah berapa ratus kali diulang dan diceritakan lagi dan lagi. Layaknya sebuah amandemen, inilah cikal bakal tempat yang menyediakan rumah bagi banyak orang. Dimulai dengan event kecil-kecilan, workshop, seminar, kopdar, akhirnya rumah itu berubah menjadi lebih besar dengan semua dramanya.
Sudah hampir tiga minggu berlalu, tepatnya hari Minggu, 3 Februari 2019, saya mengikuti kopdar besar AngingMammiri. Awal kisikan mengenai pergantian pengurus sebenarnya sudah santer terdengar dari tahun lalu, tapi ternyata tahun ini baru sempat terealisasi. 3 tahun sudah Kak Nunu menjabat sebagai ketua. Bertempat di sebuah kedai makan berlisensi, acara bertajuk โNew Performance of Anging Mammiriโ resmi dihelat dan menghadirkan Evy sebagai ketua baru AM.
Perasaan saya? Campur aduk. Saya berusaha mencari kata yang pas untuk mendeskripsikan perasaan saat itu. Nostalgia. Perasaan senang dan sedih bercampur jadi satu. Ketika Tari membuka acara dan bercerita tentang kilas balik AM, rasanya aneh. Mengingat beberapa tahun yang silam saya berada di posisi tersebut. Menjadi panitia yang sibuk mengurusi hal-hal remeh. Kopdar, bertengkar, ketawa lagi, makan bersama menjadi kebiasaan setiap minggu. Bahkan perjalanan itu sampai menemani beberapa orang mengarungi rumah tangga.
Sejauh itulah identitas AM yang melekat.
Kami yang dulunya duduk dalam jajaran pengurus sekarang mengambil peran sebagai tetua dan mendampingi para pengurus baru dalam menjalankan roda komunitas. Saya pun sempat bercerita pada sesi sharing, bahwa memang euforia nostalgia itu paling besar karena sedikit banyak saya belajar mengelola kegiatan, menjadi MC, sampai menjadi DPO dari berbagai sponsor ketika melakukan acara. Hahaha, that good old time.
Banyak faktor yang membuat seseorang merasa terikat pada kelompok. Robert K. Merton menjabarkan bahwa kelompok sosial adalah sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola-pola umum yang telah mapan (*1). Kesepakatan-kesepakatan ini kemudian dicapai dengan kopdar, pergi ke pulau bersama, sahut-sahutan di milis atau kanal media daring, sampai mengurus berbagai acara yang beragam.
Ketika bertanya pada saya, ya saya sudah menganggap AM sebagai rumah kesekian dan beberapa orang-orang didalamnya sudah menjadi teman lebih dari 1 dekade. Pertemanan itu yang membuat kami tahu diri dan batas-batas interaksi. Dari ranah Sosiologi pun, sebuah kelompok terbentuk dari rasa kebersamaan yang menjadi pengikat dan terus bersistem dan berproses. Hal yang membuat saya terus kembali kepada AM adalah semangat kelompok yang terus berbenah.
Lantas, mengapa AM sebagai kelompok sosial di ranah daring bisa bertahan sampai 12 tahun? Oh percayalah, perjalanan AM pun tidak pernah sepi dari drama. Ada masa-masa riuh, ada pula masa-masa seperti hidup segan, mati pun tak mau.
Perjalanan ini berproses seiring meningkatnya popularitas microblog seperti Twitter atau Facebook, ataupun platform lainnya. Tapi yang membuat AM bisa terus bertahan adalah karena proses pembentukan kelompok sosial yang terus berjalan dan berproses. Fase โmati suriโ pun sejatinya adalah sebuah proses, sampai tiba pada titik dimana AM bisa menghadirkan sosok baru sebagai ketua. Hal ini linear dalam ranah Sosiologi bahwa tujuan berkelompok bisa berubah dan berkompromi dengan tujuan yang baru. Ya karena kelompok sosial penuh dengan isi kepala yang berbeda dan setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menyampaikan pendapat atau ide (*2). Perjalanan karir bloger yang tadinya hanya menyelipkan curhat dalam sebuah tulisan kemudian bertransformasi menjadi tambahan pengetahuan mengenai perjalanan, kuliner, ulasan produk, sampai kuis berhadiah. Walaupun setiap orang memiliki tujuan yang berbeda, tetapi semangat AM untuk menjembatani semua keinginan juga terus berjalan.
Perjalanan 12 tahun AM sebagai sebuah kelompok sosial bisa dikatakan adalah sebuah prestasi dan prestise yang menakjubkan. Dalam ranah blogsphere Indonesia, AM mungkin sedikit dari komunitas lokal yang masih bertahan sampai saat ini. Dari AM juga kemudian lahir berbagai inisiatif dan sinergi yang mewarnai perjalanan berbagai komunitas di Kota Makassar.
Hampir sebulan sejak wajah dan performa baru AM diresmikan, dinamika dan ritme yang sangat riuh sangat terasa. Seperti apa drama dan warna yang akan terjadi? Silahkan PM atau cek wesite AM untuk cara bergabung yah!
Catatan kaki :
1. Muthmainah. KELOMPOK SOSIAL : Pengertian, Contoh, Syarat, Ciri Ciri, Dll. https://thegorbalsla.com/kelompok-sosial/
2. Sosiologis.com. Kelompok Sosial: Pengertian dan Contohnya. http://sosiologis.com/kelompok-sosial
23 thoughts on “AngingMammiri dan identitas kelompok.”
Saya merasa seperti membaca ulasan seorang sosiolog mengenai AM hahaha~
Semoga AM bisa terus bertahan hingga berpuluh-puluh tahun lagi ๐
Bahahahak, mencoba menulis sesuatu yg pop nih kak.
Lebih bertambah lagi dramanya setelah ada grup WA dan Line kak. Haha. Karena ndk bisa dipungkiri jarak sekarang bukan penghalang untuk berinteraksi. Sekarang ada grup sosmed, yang kalimat apapun yang disampaikan kalo cara menyampaikannya saja kurang tepat, bisa bikin baper! Haha.
Padahal kalo ketemu langsung mungkin intonasi ta bukan kayak gitu. Tapi karena cuma kata2ji dibaca, tanpa emoticon lebih2. Siap2 dramanya lebih panjang episodenya. Kayak sinetron. ๐
Eh lupa:
PERTAMAX!
KeduaX
Saya masih ingin membaca lebih dalam lagi, sayang sudah selesai. Memang benar, AM sudah jadi rumah bagi banyak orang. Segala riuh dan drama yang membuat kita betah berada di dalamnya.
Betul. Buat saya pun, AM adalah rumah.
Huhuhu, masih banyak unek-unek tapi diburu garis mati dari kantor juga. Semoga nanti bisa lebih dalam tulisannya.
Mantap Kak Iqko. Saya merasa makin memahami perasaan para pendahulu semua di AM. Saya saja yang bergabung sekian tahun sejak Kak Qko gabung (saya gabung 2011) merasakan betapa kuatnya perasaan saya pada AM.
Suka sama tulisan ta’. Berharap setelah ini ada lagi tulisan-tulisan baru yang ikut di list grup ๐
Apakah memang masih bawaan adat ketimuran, atau memang akhirnya merasa ketemu dengan orang-orang dengan minat yang sama.
Bertemu dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama, rela membagi ilmu mereka tanpa pamrih, menerima kita apaadanya dan terus mendorong untuk menjadi lebih baik dengan segala support yang disediakan. Ini yang membuat saya betah di AM meskipun segala drama, tapi namanya keluarga ngga ada drmananya ngga seru ๐
Bertemu dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama, rela membagi ilmu mereka tanpa pamrih, menerima kita apaadanya dan terus mendorong untuk menjadi lebih baik dengan segala support yang disediakan. Ini yang membuat saya betah di AM meskipun segala drama, tapi namanya keluarga ngga ada drmananya ngga seru ๐
Jaya slalu buat AM..pengen terus menimba ilmu di AM..walau kemarin itu baru pertama kali join dipertemuan AM..
Sukaku dengan tulisanta, rasanya saya berada dalam suatu ruangan yang dipenuhi orang-orang yang sedang antusias mendengar pemaparan seorang pakar sosiologi. Lebayku di? Hahaha….
Dan saya sangat setuju dengan pendapatta, karena saya yang belum genap setahun atau lebihmi bergabung (lupaka, kapan mulai gabung) merasa sudah sangat dekat dengan anggota AM.
I miss youuu alll… Huhu
AM sudah seperti keluarga sendiri. Dari AM banyak belajar pertemanan dan berkomunitas. Terima kasih AM. semoga terus seperti ini.
Saking lamanya berteman saya sudah mulai bisa membaca kapan si ini marah, kapan si itu mulai nda nyaman, kapan Saya harus tahan emosi, kapan Saya harus diam. Dll dsb.
Hahaha.. perjalanan memang harus dijadikan pelajaran. Dan perjalanan bersama AM memberikan saya banyak pelajaran untuk jadi lebih wise dan tidak emosian.
Jangan pernah mati suri lagi ngeblognya kak.
Teruslah hidup, karena tulisanmu selalu saya sukai!
Komunitas deramah se Indonesia Raya….hahaha
Kangen!
Tulisannya penuh nostalgia kak, membaca ulasan ttg nostalgia di AM, rasanya saya jadi ikut serta ditarik ke dalam atmosfer penuh nostalgia itu, bertahan di suatu tempat dgn waktu yg cukup lama, berarti telah menemukan tmn2 yg begitu klop di sana hehe…
Sukses selalu, AM!
Baru gabung di AM awal tahun ini dan sudah merasakan kehangatannya. Ternyata AM sudah berumur 12 tahun ya. Semoga makin sukses ke depannya.
heheheh thumbs up iqko
saya baru gabung di AM 2016 newbie kodong hehe mohon bombingannya di sesi bacocer , eh ! wkkwkwkwk
harapnku juga sama kayak kak iQko semoga teman2 yang gabung di AM bisa menemukan habitat produktfnya, dan akhirnya betah lalu tak terpisahkan, kayak kalian2 para senior2 hehe