Browsed by
Category: Catatan Perjalanan

Gili Story #2 : bagaimana memilih travel buddy.

Gili Story #2 : bagaimana memilih travel buddy.

Sepertinya saya ditakdirkan untuk memilih teman bertualang secara random. Tidak pernah begitu pas, tetapi tidak juga begitu chaos. Semuanya beragam, tetapi pelan-pelan saya mencatat bahwa drama bisa saja terjadi dalam setiap perjalanan. Semua orang pernah melakukan trip rombongan pasti pernah merasakannya. Karena biasanya, dalam setiap perjalanan barulah sifat asli seseorang bisa muncul dengan sendirinya.

the best travel buddy!
the best travel buddy!

Masalah paling sering muncul adalah standar kenyamanan. Inilah patokan yang menjadi tolak ukur bersama yang terkadang susah disamakan. Tapi bisa apa lagi?

Standar kenyamanan inilah yang biasanya menjadi masalah terbesar. Ketika banyak kepala yang berpikir, bisa jadi banyak standar yang tercipta. Apalagi kalau sudah ada yang meneriakkan statement “terserah”, biasanya justru merekalah biang chaos. Karena tidak bisa menentukan apa keinginan mereka.

Read More Read More

Gili Story #1 : dan petualangan dimulai!

Gili Story #1 : dan petualangan dimulai!

Ketika melihat jejak kebelakang, saya selalu tersenyum mengingat betapa banyak yang telah terdatangi, telah banyak tempat telah saya lihat dan nikmati. Walaupun tidak pernah sekelas dan tidak sebanyak para traveler terkenal, saya menikmati sensasi tersendiri dari setiap perjalanan. Tentang melompati waktu, menikmati riuh dari kondite lain setiap kehidupan.

Seberapa banyak saya berjalan setiap tahunnya? Saya kemudian teringat pada satu ucapan bahwa selalu ciptakan keadaan dimana kau tidak butuh lari setiap waktu darinya. Karena terkadang perjalanan bagi sebagian orang adalah manifestasi rasa jenuh. Keinginan untuk lari dari kenyataan, walaupun sejenak, tapi bisa bernafas lega. Kali ini perjalanan saya dimulai di Gili Trawangan.

Dari sekian banyak destinasi, entah mengapa saya jatuh cinta dengan laut, ombak, pantai. Saya selalu terkesima dengan luasnya horizon yang bisa saya lihat, selalu merasakan sentimentalitas berlebihan ketika melihat sunrise maupun sunset, atapun hanya menikmati sensasi panas laut. Urusan kulit hitam? Itu belakangan. Saya selalu takut ke gunung, karena dia bisa menciptakan ilusi-ilusi yang selalu tampak sama. Hahaha, saya memang buta arah, dan geografi saya selalu dibawah minus. Pejalan macam apa saya ini? Bahkan di peta buta pun saya tersesat!

Gili-1

Gili Trawangan yang saya bayangkan adalah sebuah pulau pelarian yang tepat. Dengan bungalow-bungalow sepanjang pantai, kehidupan yang begitu riuh dan tentu saja akomodasi yang memadai. Apa yang terjadi sesampai disana?

Pelan-pelan saya membangun imaji yang lain. Bahwa memang Gili Trawangan adalah sebenar-benarnya neraka. Neraka bagi para jomblo! Kalau bukan orang pacaran, pastilah newlywed. Berpelukan, berciuman, berpegangan tangan, semuanya dilakukan di jalan! Romantisme café yang berjejer juga menambah romansa, sehingga mereka yang jomblo akut bisa dikatakan akan segera merasa penat tak berkesudahan. *termasuk saya* *kemudian nangis*

Bagaimana dengan akomodasi di Gili Trawangan?

Read More Read More

Yuk! Bertualang di pulau!

Yuk! Bertualang di pulau!

Postingan ini disertakan dalam #8MingguNgeblog Anging Mammiri.

***

Saya dulu sering ikut berpikir atau menjawab ketika di sebuah majalah atau tayangan televisi yang menanyakan pertanyaan berandai-andai.

“seandainya kamu terdampar di sebuah pulau, sebutkan 3 benda yang kau inginkan bersamamu”.

Pertanyaan ini kemudian berkembang menjadi imajinasi yang liar. Jawaban standar tentu saja adalah Handphone, Buku dan ipod. Haha, tidak ada survival kit, hanya peralatan seadanya untuk menikmati suasana pulau. Jadi terdampar, tapi dokumentasi (atau narsis) harus tetap jalan.

Pulau Kodingareng Keke
Pulau Kodingareng Keke

Ada banyak pulau yang bisa dijadikan destinasi untuk menghilang sejenak. Tidak usahlah membayangkan suasana pulau yang kosong dan tidak berpenduduk. Kecuali memang naluri untuk survive atau adu nyali begitu besar, maka beberapa pulau bisa pula ikut dijajal. Tapi tentu saja dengan peralatan yang memadai, karena bisa jadi bahan makanan tidak tersedia disana.

Jadi kita bisa bertualang kemana saja?

Read More Read More

Gang Aut; surga kuliner Kota Bogor

Gang Aut; surga kuliner Kota Bogor

Menghilang selama 12 jam di Kota Bogor memang tidak bisa membawa cerita banyak. Hanya beberapa tempat yang berhasil saya kunjungi seperti Kebun Raya Bogor dan berjalan keliling menikmati suasana kota. Satu hal yang saya sesali adalah rencana dadakan menyusuri Gang Aut. Ternyata disinilah surga kuliner di Kota Bogor.

The journey starts here, Combro! :9
The journey starts here, Combro! :9

Mencari lokasi ini sebenarnya agak mudah. Cukup mencari jalan tepat di depan pintu masuk Kebun Raya Bogor. Gang Aut adalah sebuah lorong yang letaknya persis di titik akhir Jalan Suryakencana yang kemudian menjadi titik awal dari Jalan Siliwangi. Perhatikan juga trayek angkot yang hendak dinaiki, tidak ada salahnya kalau bertanya terlebih dahulu. Maklum, popularitas angkot sepertinya diatas standar rata-rata. Mereka menjamur dan ada dimana-mana. Persoalan selanjutnya adalah, dimana lokasi yang paling pas untuk memulai petualangan kuliner?

Read More Read More