Hej! Selamat Hari Raya Idul Adha 1435 H! Lebaran kali ini tentu saja sangat berkesan karena lebaran pertama jauh dari rumah. Rutinitas mengantar ke pasar, membagi daging kurban, dan berkumpul bersama keluarga terpaksa ditunda dulu. Get some, lose some 😀
Setelah shalat Ied bersama keluarga Muslim Swedia, saya memutuskan untuk ikut dalam walking trip. Kali ini menjelajahi wilayah Nacka, termasuk jelajah hutan, mendaki bukit dan berjalan sejauh 7 km. …
Aku berbicara tentang punggungmu, yang dulu pernah menjanjikan keteduhan di antara semua penat yang melanda. Aku melihatnya lagi hari ini, diantara barisan jejalan manusia yang tumpah ruah, dengan seragam biru khas yang memang kau pakai setiap selasa. Kau bergegas, hujan sebentar lagi menderas, tapi kenapa ingatanku semakin kacau dan melimpah ruah dengan barisan percakapan imajiner tentangmu?
Sesampai di Pulau Kelagian, mata kami segera dimanjakan oleh hamparan pasir putih dan air laut yang jernih. Sejauh mata memandang, hamparan pohon kelapa tampak memenuhi tepi pantai. Terdapat beberapa pondok atau saung kecil di bagian dermaga Pulau Kelagian. Batas saung ini kemudian menandakan area yang bisa dikunjungi. Selebihnya adalah hamparan bukit dan hutan di belakang gunung.
Tipologi pulau-pulau kecil yang berada di Kabupaten Lampung Selatan semuanya berupa gunung dengan hutan yang masih sangat hijau dan belum tersentuh. Berbeda dengan pulau-pulau kecil di lepas pantai Makassar yang berupa pulau datar dengan kombinasi pasir putih.
Catatan khusus adalah Pulau Kelagian merupakan pulau yang dijadikan sasaran tembak maupun arena tempur tentara Angkatan Laut. Nah loh! Oleh karenanya pulau ini tidak menjadi tempat wisata yang umum dan dikunjugi oleh kebanyakan orang. Rata-rata mereka memilih Pulau Pahawang Besar yang memiliki akses dan fasilitas yang lebih memadai. Tapi dimana menariknya?
Setelah browsing sana-sini, ada beberapa opsi yang bisa digunakan untuk mencapai Pulau Kelagian yang terletak di Kabupaten Lampung Selatan. Sabtu pagi perjalanan kami dimulai. Berbekal jurus sok-dekat-sok-kenal dengan seorang ibu di pool Damri akhirnya kami berhasil mengetahui rute angkot menuju Dermaga Penyeberangan. Sebenarnya untuk kenyamanan kami bisa menunggu Damri yang akan menuju area yang sama, tapi mesti menunggu waktu sejam lebih. Sementara matahari seolah tidak memberi kesempatan untuk menunggu lebih lama lagi.
Dari pool damri kami mengambil angkot warna biru jurusan terminal sawah besar. Harap diperhatikan bahwa jurusan setiap wilayah dibedakan berdasarkan warna angkot. Selalu amati apa warna dasar dan kombinasi yang ada. Terminal Sawah Besar letaknya tidak jauh dari Stasiun Kereta Api, cukup turun di dekat stasiun tersebut. Entah mengapa beberapa orang yang kami mintai petunjuk tidak menyarankan untuk masuk ke dalam terminal kalau memang tidak terbiasa.
Sesampai di Terminal Sawah Besar kami kemudian nyambung lagi dengan angkot berwarna ungu terong jurusan Gudang Garam. Kenapa dinamakan demikian? Karena dulunya di daerah tersebut terdapat pabrik garam yang cukup besar dan terkenal. Tahulah kami beberapa waktu kemudian bahwa semua rute angkot di Bandar Lampung dibagi menurut area dan ini informasi dasar yang harus diketahui. Sesampai di Gudang Garam, kita harus mencari angkutan lain lagi menuju Padang Cermin menuju Dermaga Klara. Kalau ingin membawa makanan ke pulau, di tempat menunggu kendaraan terdapat warung makan sederhana. Dengan harga yang murah, kami membungkus bekal nasi dan lauk pauk. Jangan lupa pula membeli cemilan secukupnya, karena sesampai di pulau akses benar-benar akan terputus.