Hujan dan minggu pagi.
Hai halo, bagaimana kabar akhir pekan kalian? Mengingat pekan kedua bulan Februari sudah selesai, mudah-mudahan beberapa target ataupun rencana yang digadang dari awal tahun sudah mulai terealisasi. Rencana saya? Ehehe, beberapa masih berjalan di tempat.
Ya selain masih berusaha menyelesaikan beberapa kerjaan tahun lalu, saya juga masih mencari tempat untuk kursus desain grafis dan kursus bahasa Inggris. Sementara rencana untuk lebih banyak olahraga masih terkendala dengan hujan. Bulan Februari sepertinya curah hujan di Makassar tidak main-main. Sekalinya turun, bisa sekalian bablas kebasahan. Seperti cerita saya minggu pagi ini.
Sudah bukan jaman gegalauan melihat hujan (ingat umur woi!), tapi memang sepertinya hujan itu ibarat kryptonite. Melemahkan dan memalaskan. Tapi eh tapi karena udah sebulan gak olahraga karena insiden ketumpahan air panas di tangan kiri, hari ini saya memutuskan untuk ikut kelas Freeletics lagi.
Sesekali mataku melirik awan hitam yang menggelayut di kejauhan. Beberapa kali pula niatku untuk ikut sesi olahraga luntur dibawa angin. Bahkan sudah satu kali loh belok di Jalan Mappaodang untuk kembali ke rumah Mace di Jalan Dangko. Pikirku percuma aja kalau mau cari sehat trus malahan sakit karena masuk angin.
Rupanya cuaca mendung tidak menghalangi beberapa orang untuk berolahraga. Setelah memutar balik di Mangerangi, saya berpapasan dengan para pelari juga pesepeda. Tidak tampak raut khawatir di wajah mereka. Sementara saya masih bolak-balik mau pulang saja. Cemen ah!
Sesampainya di Monumen Mandala, dipimpin oleh beberapa orang pelatih kami membuka sesi latihan dengan pemanasan. Yak! Angin kencang dan gerimis mulai turun. Masih lanjut? Lanjut dong. Setelah pemanasan barulah circuit demi circuit dijajal. Biasanya satu circuit ada dua macam gerakan dengan 4 kali repetisi. Satu sesi latihan biasanya 8 circuit. Cukuplah membuat badan menjadi capek.
Ternyata kekhawatiran dan ketakutan saya pagi itu menjadi kenyataan! Masuk di circuit keempat hujan turun dengan derasnya. Serentak kami pun bubar dan berteduh sejenak. Huft. Begini nih kalo ikutan sesi. Awalnya malas tapi sekalinya udah jalan sesi malas bubar. Sempat kepikiran untuk pulang saja karena berpikir nanti kena flu lah, sakit lah, apa lah. Saya sempat berkata kepada seorang teman,
”Ya cuaca seperti ini yang membuat masuk angin. Badan keringatan sementara diluar dingin karena hujan.”
Jawaban dia sederhana dong,
”Semua itu tergantung kekuatan pikiran. Kalau emang mikirnya bakalan sakit ya akan sakit. Kalau emang mau olahraga, ya santai aja.”
Mmmm, okay. Pelajaran moral hari ini. Karena memang dari awal sudah mikir banyak untuk ikutan sesi, jadi akhirnya tidak fokus. Hahaha. Manusia.
Setelah hujan sedikit mereda kami akhirnya melanjutkan circuit yang tersisa. Bisa saja saya memilih untuk pulang. Tapi sudah kepalang basah. Belum pendinginan juga kan. Resiko cedera bisa lebih tinggi. Ternyata di 4 circuit terakhir hujan juga turun dengan derasnya. Tetapi kali ini kami tidak bergeming. Terus melanjutkan gerakan demi gerakan. Barulah saya merasakan kuatnya tekad dari pikiran manusia untuk membuat kita terus bergerak.
Sesekali kami berteriak dan tertawa mengalahkan deru hujan. Tenagaku pun sudah habis di 2 circuit terakhir. Apa yang saya lakukan? Rebahan di aspal dengan muka menengadah terkena hujan. Rasanya? Damai dan menenangkan.
Entah kapan terakhir kali saya bermain hujan dengan sukarela seperti ini. Ada perasaan bebas seperti anak kecil yang bertemu hujan. Kadang menjadi dewasa itu membuat kita menahan diri karena takut terlihat aneh di mata orang lain. Padahal hujan yang turun membasahi kepala dan mengguyur tubuh itu sangat berguna. Bisa menyembunyikan tangis misalnya. Eh.
Intinya pagi ini saya bersyukur bisa melawan hasrat malas yang mendera selama beberapa pekan terakhir. Walaupun setelah sesi freeletics rasanya badan gempor semua, tapi tetap terasa menyenangkan. Sekian dulu cerita random akhir pekan dari saya. Selamat menunggu senin, temans!