Sindiran satir ala film Arisan! 2
Sejenak saya hanya bisa terenyuh ketika barisan nama pemain film Arisan! 2 mulai tayang di layar bioskop. Beberapa orang segera bergegas meninggalkan ruangan studio karena hawa dingin yang semakin menusuk. Yang lainnya masih tertawa menceritakan kembali adegan-adegan lucu. Saya hanya bisa terdiam. Damn. Film ini keren dan sedih di saat yang bersamaan.
Katakanlah saya termasuk generasi orang yang telat ke bioskop dan tidak terlalu mengikuti scene film lokal. Sehingga ketika film Arisan! rilis tahun 2003, saya tidak terlalu tertarik. Belum lagi edisi sinetron yang kemudian dibuat. Sepertinya saya masih jadi makhluk kampus kala itu. Tidak mengikuti euphoria film ini sebelumnya. Nah, bagaimana sebenarnya film Arisan! 2 ini berjalan?
Saya baru tahu bahwa ini adalah sebuah proyek ambisius dan sangat pribadi dari Nia Dinata, sang sutradara. Dari seorang teman pula saya mengetahui bahwa scene Waisak itulah yang sangat ingin ditampilkannya. Sebuah momen spiritual ketika Mei Mei bersama Dokter Tom mencari apakah sebenarnya hakikat kehidupan itu.
Apakah ada perbedaan ketika hidup dan mati?
Mei-Mei (Cut Mini) sendiri adalah salah satu tokoh utama dalam film ini. Dikisahkan dia mengidap kanker sehingga harus menjalani pengobatan alternative bersama dokter Tom (Edward Gunawan). Dimana? Gili Trawangan! Sumpah mampus, view yang ditawarkan sangat-sangat indah! Laut yang biru, hamparan laut, sunset yang memerah, dan pasir putih. Eh iya, back to story, jadi Mey Mey ini tetap merahasiakan tentang penyakitnya dengan dalih liburan. Alhasil seluruh sahabatnya, mulai Andien (Aida Nurmala), Sakti (Tora Sudiro), Nino (Surya Saputra) dan Lita (Rachel Maryam).
Selagi Mei Mei bergulat dengan pengobatannya, disinilah cerita kemudian bergulir diantara keseharian para sahabat tersebut. Kisah asmara antara Sakti dan Nino yang ternyata sudah move on. Tentang kehidupan sosialita Andien, sampai kisah karir politik Lita. Bosankah kita dengan sedemikian banyak plot yang digabung dalam satu film?
Sejujurnya, film ini menggambarkan dengan apik gambaran masyarakat urban saat ini. Mulai dari kehidupan narsis yang harus hidup dalam timeline twitter, sampai ke sindiran mengenai kehidupan sosialita itu sendiri. Party, nongkrong, sampai ke tempat-tempat yang hip. Saya langsung teringat kasus yang menimpa Just Silly mengenai fashion show yang bertajuk acara amal. Well, itu berarti acara semacam itu telah ada dan banyak terjadi.
Satu catatan kecil yang harus dibawa ketika menonton film ini adalah usahakan open minded, gay friendly dan tidak memberikan stigma macam-macam. Maklum saja, kisah Sakti, Nino dan pacarnya (yang diperankan oleh Rio Dewanto) dalam dunia gay tergambar dengan jelas di film ini. Beberapa scene yang cenderung vulgar bagi beberapa orang (ya, ada penonton yang keluar di pertengahan film) bisa saja membuat jengah. Ataupun ketika mereka berbicara tentang botox serta berbicara tentang kebebasan hidup semuanya tergambar dengan jelas.
Yang pasti kita nikmati adalah banyak sekali adegan yang mengundang tawa. Semuanya penuh dengan joke-joke satir yang terkadang tersembunyi. Pintar-pintarnya saja membaca adegan dan penanda dalam film ini. Lantas dibagian mana saya merasa sedih?
Disinilah saya memberikan acungan jempol untuk Nia Dinata. Dia mampu membungkus segala sketsa keceriaan, kenyamanan persahabatan, serta indahnya alam Indonesia dalam satu pertanyaan besar.
Siapkah kita meninggalkan itu semua?
Butuh perenungan yang sangat dalam ketika memikirkan pertanyaan ini. Sebenarnya dari semua keriuhan dunia, pernahkah kita meluangkan waktu sejenak saja untuk mendengarkan kata alam. Mendengarkan sekeliling, sehingga semua menjadi terasa lebih hidup. Inilah pertanyaan besar yang dibawakan oleh Cut Mini. Aktingnya sangat pas dengan sosok emosional seperti ini.
Kalau beberapa orang menonton film ini dengan tawa yang lebar, saya pun demikian. Toh bisa saja kita melihat bahwa film ini hanya menampilkan tumpukan sketsa yang digabung menjadi cerita utuh. Bersenang-senang? Tentu iya. Tapi ada pelajaran yang lebih dalam, tentang hidup dan menikmati hidup. Salute!
4 thoughts on “Sindiran satir ala film Arisan! 2”
Suka gaya review mu… Keren. Ak jg suka bgt film arisan!2 … Menghibur dan penuh arti…ada yg bilang kebanyakan pesan, tp buat saya itu bukan pesan. Film ini potret jkt yg sebenarnya.. Dr mulai gorengan pk plastik, politisi busuk, charity settingan, banci kaleng… Semua ada… Dan ga usah diselesaikan juga kale.. Nia dinata is film maker not a governor..
Nia Dinata memang keren..
salah satu sutradara lokal yang saya suka.
Arisan 1 juga bagus, tapi kayaknya yang kedua ini lebih keren karena ada pemandangan Gli-nya 😀
kalau saya terperangah ketika Rio Dewanto pertama kali muncul. Saya gak tau sama sekali kalo dia bakal main film ini, dan oh my gosh, ngondek2nya itu dapett banget. wakakakakak