Browsed by
Category: Musiclicious

Catatan dari Makassar Choir Festival.

Catatan dari Makassar Choir Festival.

Saya selalu iri kepada mereka yang bisa membaca tangga nada dengan begitu mudahnya. Menyanyikan do re mi semudah membalikkan telapak tangan. Tidak usah bermimpi membaca not balok, membaca urutan partitur nada dalam angka pun saya sering belepotan. Apalagi ketika disuruh bersuara dengan nada yang konstan. Jatuh-jatuhnya malah fals. *uhuk*

Mungkin karena itu kita harus berterima kasih pada ruang-ruang karaoke yang telah menjadi saksi bisu. Ketika kamar mandi tidak lagi cukup luas untuk menyalurkan bakat yang tidak terselamatkan, maka ruang karaoke keluarga menjadi alat untuk latihan vokal yang ampuh.

Urusan cocok-cocokan nada, itu urusan belakangan. Yang penting nyanyi dulu!

Berawal dari karir sebagai atlit karaoke inilah saya kemudian berkenalan dengan tangga nada dan ikut paduan suara. Sebuah jebakan betmen yang tidak bisa dihindari. Dari situlah kemudian saya mengetahui tipe nada suara saya adalah tenor mengarah ke bass. Cuma masalah pembacaan nada saja yang kacau :P, tapi bukankah dalam hidup kita harus selalu mencoba pengalaman yang baru?

Sebenarnya tidak bisa mengambil gambar selama pertunjukan XD
Salah satu peserta di Makassar Choir Festival 2013. Sebenarnya tidak bisa mengambil gambar selama pertunjukan XD

Berbekal pengalaman menakjubkan itulah yang terus membuat saya kecanduan untuk bernyanyi dalam paduan suara. Walaupun kami hanya tampil 2 kali setahun, itupun hanya dalam gelaran internal kantor, saya tetap bangga. Ada rasa yang tidak terbayarkan ketika seluruh peserta yang mendengarkan, larut dalam kegembiraan tatkala medley lagu daerah dibawakan. Semua akan bernyanyi, semua akan tertawa. Sementara kami? Menikmati berada dalam spotlight!

Bisa jadi itu pula perasaan 10 peserta Makassar Choir Festival yang dihelat di Balai Manunggal 2 pekan lalu. Kenapa saya bisa nyasar di acara ini? Berbekal broadcast message dari seorang teman di hari sabtu, jadilah saya yang jomblo lokal kemudian berniat untuk nonton. Acara yang mestinya dimulai pukul 3 sore mesti agak ngaret sedikit karena, yah persoalan teknis –atau menunggu pejabat yang akan membuka acara—yang cukup mengganggu. Setelah sambutan ini itu dan seremonial pembukaan, acara resmi dimulai pukul 5 sore.

Read More Read More

The Truth About Love; blak-blakan tentang cinta (lagi)

The Truth About Love; blak-blakan tentang cinta (lagi)

“I felt like I was in this videogame and I collected all the gold coins and talismans you could collect — I had to either move to the next level or quit,” itulah yang dikatakan Pink dalam wawancaranya bersama Billboard selepas dia menjadi tajuk utama majalah tersebut dan tidak berapa lama kemudian album The Truth About Love melakukan debutnya di posisi 1. Suatu kebetulan?

Sama sekali bukan. Kita berbicara tentang konsistensi dan kerja keras yang sudah memasuki dekade kedua dari seorang Alicia Moore. 13 tahun berlalu ketika album Mizunderstood dirilis. Tetapi semangat pop-punk tidak hanya menjadi euforia, dan hal tersebut kemudian berlanjut sebagai benang merah album ini.

Image by http://www.billboard.com

Materi album yang terdengar penuh kemarahan, sarkasme yang terselubung, semuanya rapi dalam balutan musik yang terdengar semangat. Sebuah pelarian dari rebound relationship? True Love yang bercerita tentang frasa At the same time I wanna hug you, I wanna wrap my hands around your neck, You’re an asshole but I love you, And you make me so mad. Bersama Lily Allen, dia kemudian membuat sebuah defenisi tentang kebenaran jatuh cinta. Semua terasa seperti coklat.

Read More Read More

Mereview dengan hati. (2)

Mereview dengan hati. (2)

Tulisan ini awalnya untuk sebuah kelas menulis bersama yang meminta saya sedikit bercerita bagaimana menulis review musik. Ditambah lagi pertanyaan di milis blogger Makassar Anging Mammiri, bagaimana cara menulis yang baik. Tulisan pertama bisa dilihat disini.

***

Inilah yang menjadi batasan awal. Kita senangnya mereview musik seperti apa? Genrenya apa? Pop mainstream kah, Hip Hop, Jazz, atau Rock. Keterbiasaan mendengarkan musik kesukaan akan memudahkan kita untuk mencerna lapisan demi lapisan suatu lagu. Instrumen yang digunakan, sampai apakah suatu lagu menggunakan suara 2, suara 3, sampai barisan choir pada barisan vokal.

Awalnya review musik akan berjalan lancar kalau semuanya karena rasa suka. Alasan profesional? Yah berarti harus meluangkan waktu untuk mendengarkan lebih banyak lagi jenis musik.

Dalam setiap rilisan baru biasanya seorang artis akan menampilkan sesuatu yang baru. Coba tengok bagaimana album terdahulu seorang artis. Metode perbandingan ini bisa dimunculkan ketika menyimak “warna” baru pada setiap rilisan. Sama seperti musik Linkin Park yang menampilkan sound elektronik yang sangat kental pada album A Thousand Sun (2010), tapi di album Living Things (2012) soundnya kembali pada era awal kemunculan musik mereka. Hal ini bisa menjadi dasar review. Mengapa mereka merubah jenis musiknya? Evolusi apa yang mereka capai? Apa ekspektasi penggemar mereka? Bagaimana proses kreatifnya?

Read More Read More

Mereview dengan hati. (1)

Mereview dengan hati. (1)

Tulisan ini awalnya untuk sebuah kelas menulis bersama yang meminta saya sedikit bercerita bagaimana menulis review musik. Ditambah lagi pertanyaan di milis blogger Makassar Anging Mammiri, bagaimana cara menulis yang baik. Saya mempublish tulisan ini dalam 2 bagian, dan semua review musik saya bisa dilihat di Creativedisc.com.

***

Ketika banyak orang yang bertanya bagaimana caranya membuat review atau resensi tentang musik. Maka saya cuma bisa menjawab, dengan menggunakan hati. Bukankah sesuatu yang memang kita senangi bisa dengan mudah kita deskripsikan dengan jelas?

Apa mau dikata, hidup selama 6 tahun di radio membuat telinga saya menjadi lebih toleran terhadap semua genre musik. Walaupun semua ada eranya masing-masing. Ada masa di mana Missy Elliot, Jay Z, Ying Yang Twins pernah menjuarai playlistku. Sampai telinga saya berubah ke taraf cadas dimana Slipknot dan Deftones menjadi santapan sehari-hari. Rrr, lantas bagaimana menulis review musik yang apik?

image by http://observando.net/page/57

Ya itu tadi, bagi saya kesenangan terhadap suatu musik adalah suatu keharusan ketika ingin membuat satu deskripsi yang jelas. Biasanya untuk musik-musik baru, saya mendengarkan 7 sampai 8 kali sehari. Masuk dalam playlist utama di ipod, atau bahkan memutarnya secara single playlist seharian penuh. Apakah sesporadis itu?

Read More Read More