Browsed by
Category: Musiclicious

Sepultura; live in concert!

Sepultura; live in concert!

Rasanya bangga ketika Makassar selama beberapa tahun terakhir menjadi tuan rumah dari perhelatan musik yang bisa dikatakan tidak main-main skalanya. Sedikit banyak bisa menghapus image kota yang katanya rusuh melulu. Padahal tidak selalu seperti itu.

Masih terbayang keseruan Rock In Celebes, sepertinya Chambers Entertainment tidak kekurangan amunisi. Kali ini band thrash metal yang akan datang memanaskan crowd Makassar. Apakah kedatangan band Sepultura akan menambah panas Makassar? Dalam rilisnya, Hardinansyah P.S dari Chambers Entertainment menawarkan Sepultura Indonesia Revision Tour 2012! Live in Makassar! Siapa yang bisa menolak?

are you ready to rock?

Sekedar flashback, Sepultura Sejak berdiri 1984. Kini, Sepultura diperkuat oleh gitaris Andreas Kisser, basis Paulo Jr., vokalis Derrick Green dan drummer Eloy Casgrande. Mereka masih terus produktif hingga sekarang yang baru saja merilis album kedua belas mereka, Kairos, pada September lalu. 28 tahun bukan waktu yang sebentar. Maka wajar ketika seluruh penikmat rock menjadikan konser ini sebagai pelepas dahaga. Setelah rumor tahun ini yang mengatakan Sepultura akan tampil, maka bulan inilah puncaknya. Jakarta, Tenggarong, dan Makassar dipercaya menjadi tuan rumah.

Read More Read More

Strangeland; Keane kembali ke akar

Strangeland; Keane kembali ke akar

Saya selalu menganalogikan sebuah album yang bagus dengan sebuah kue yang utuh. Kita bisa menikmatinya dengan dua pilihan; langsung menikmati seluruh bagiannya—yang terkadang membuat eneg, atau menikmatinya bagian per bagian. Sehingga suatu hari kita bisa menikmati kadar magis sebuah album lebih lama. Tapi album Strangeland berlaku untuk keduanya. Bisa menikmati track per track, atau menikmati satu album full.

Kenapa? Simak saja kelirihan yang ditawarkan oleh Black Rain. Sebuah balada patah hati dengan vokal Tom Chaplin yang terdengar mengawang-awang. Mereka lebih jujur di album ini. Menjual kisah klise umat manusia, yaitu cinta. Itu baru satu amunisi, masih ada 11 track lain yang menunggu.

Album ini dibuka dengan track “You Are Young” yang menjadi semacam cerita awal. Nikmati masa mudamu! Jatuh cintalah pada dunia! Hentakan emosi pada bagian reffrain membuat kita semakin semangat. Apa yang terdengar familiar? Yah, track ini sangat bernuansa “Everbody’s Changing” yang tersohor itu. Sebuah track yang seolah penuh semangat tetapi memiliki makna yang ambigu.

Read More Read More

Train ~ The Finish Line

Train ~ The Finish Line

It’s not worth fighting for if one of us is sure
And one of us is dying, trying to find loves cure

*Save Me San Francisco yang dirilis tahun 2009 adalah album terbaik dari Train yang juga sukses memunculkan mereka kembali dalam peta musik setelah hiatus yang cukup panjang. Beberapa lagu penuh dengan lirik yang dalam dan memainkan tema tentang perjalanan hidup. Setelah ikut lirih dalam Marry Me, track ini hadir dengan nuansa yang sama. Didominasi oleh piano dan Pat Monahan yang memaksa kita untuk mendengarkan ceritanya tentang perjalanan, perpisahan, dan hubungan. Ketika sesuatu hal harus berubah, tidak ada yang harus ditakutkan. Kita tetap berjalan, hanya dengan rute yang berbeda.

Sese Lawing; Mengembalikan Kecintaan Musik Daerah

Sese Lawing; Mengembalikan Kecintaan Musik Daerah

Beberapa kali dia mengatur kadar suara yang keluar dari mixer dan diteruskan oleh speaker. Suara “tes, tes, tes, satu dua tiga” terdengar. Beberapa kali wajahnya mengernyit, sembari memperbaiki kontrol suara di mixer, sampai akhirnya dia tersenyum lega. Suara yang dihasilkan sudah pas. Dia siap beraksi dengan gitar akustik andalannya.

Malam itu adalah malam ketiga saya menyaksikan penampilan Sese Lawing. Hadir sebagai pembuka acara diskusi buku, dia selalu tampil aktraktif. Liriknya yang lugas berbicara mengenai keseharian, selalu disambut meriah oleh penonton. Hal sesederhana itu? Silahkan simak bagian reffrain lagunya,

Sassang misse’ allo
Nale’ba manggaribi
Takkumpulu’ mise’
I taua ri parapatanga
O Karaengku, Karaeng Allah Ta’ ala
Pakabajiki tallasaku ammuko

Malam sudah datang lagi
Setelah maghrib
Semua orang berkumpul lagi
Di Perempatan jalan
Oh, Tuhan Yang Maha Esa
Tolong perbaiki nasibku besok

Ya, lirik lagunya dalam bahasa Makassar dengan dialek Jeneponto. Sebuah kecintaan terhadap dialek dan logat pada daerah asal. Sekilas ketika mendengar teknik gitar dan suara balada Sese Lawing, kita akan menduga permainan itu datang dari Jason Mraz. Tidak, saya tidak terdengar lebay, tetapi balada yang dimainkannya penuh dengan keceriaan dan kecintaan pada budaya asal.

Sese Lawing sendiri bercerita bahwa proses kreatifnya memang sudah dimulai sejak kecil. Tahun 1998 dia memberanikan diri untuk merantau di Jakarta. 12 tahun hidup di belantara ibukota, fasih mengantarnya ke scene-scene kreatif. Perjalanannya dari satu sanggar seni ke sanggar seni yang lain, dari satu lomba ke lomba yang lain. Bahkan dalam satu kesempatan dia memenangkan lomba cipta lagu se jakarta raya dengan menyanyikan lagu “Cincin Banca” dengan ciri khas musiknya. Nah loh!

Sese Lawing

Mendengarnya bertutur tentang budaya yang menjadi akarnya selalu menjadi tamparan-tamparan kecil buat saya, yang terbiasa dan terhedonasi pada musik kiblat barat. Dulu kata gengsi menjadi alasan utama,

“Gimana mau gaul kalau dengarnya lagu daerah?”

Read More Read More