Browsed by
Category: Musiclicious

Satu dekade bersama CreativeDisc.

Satu dekade bersama CreativeDisc.

Bilangan 10 tahun bukan waktu yang singkat. Para kontributor datang silih berganti. Era perang para fans tergantikan dengan fan-base yang semakin solid. Konser yang semakin meraja lela, dan tentu saja, CreativeDisc yang semakin solid!

para kontributor!
para kontributor!

Rasanya cerita mengenai awal mula CreativeDisc sudah sering saya urai di radioholicz. Mulai dari review single, liputan konser, ataupun betapa saya sangat menyayangi weblog music yang dibangun dari nol, dengan semangat kekeluargaan, dan iming-iming tiket konser gratis! Hahaha.

Bukannya munafik, terkadang banyak orang yang sirik kepada kami, para kontri, ketika berhasil menembus akses beberapa panggung musik. Awak media entah lapisan kesekian. Tentu saja kami tidak bisa membandingkan diri dengan wartawan detik atau media besar lainnya, tapi setidaknya kami bisa fair dalam memberi ulasan setiap konser atau album yang kami dengar.

Things grow apart, saya pun mulai banyak belajar menulis dengan baik karena rutin menyimak tulisan para dari luar. Walaupun akhirnya justru influence feature saya yang paling terasa, setidaknya dulu saya banyak membaca. Sesuatu yang saya sesalkan setahun belakangan. Karena prioritas yang sedikit berbeda, referensi bacaan juga ikut menurun dan sedikit berkurang.

Saya masih mendengarkan musik baru, tapi selebihnya hanya menjadi penikmat. Bukan lagi seseorang yang ingin berbagi. Padahal sebagai media yang obyektif, itulah warna CreativeDisc. Ketika ada yang bermain di sekte indie-pop, k-wave, pop mainstream ataupun rock and roll.

Setahun terakhir pula saya menikmati apa yang namanya fan-girling. Hahaha. Berbekal teman seperti Sheyla (yang tergila-gila pada McFly), Ivy (Jonas Brothers), Jeni (all indie artist), Rendi, kami bertualang dan menggila di sesi private show Shane Fillan, Avril Lavigne, konser Kahitna, dan masih banyak lagi. Age never lies, kadang capek dan tidak mengerti ketika mereka sudah menyebut seluruh fakta artis favorit mereka. Kadang saya heran dengan status yang sudah meyerupai stalker (no offense, girl!) sementara saya hanya menikmati musik Amy Winehouse dan Florence and The Machine.

CreativeDisc 10th anniversary!
CreativeDisc 10th anniversary!

10 tahun yang menyenangkan dan penuh warna. Selamat ulang tahun CreativeDisc! Viva la contributor!

Eleanor and Park : The Mixtape

Eleanor and Park : The Mixtape

Bagaimana mendeskripsikan cerita Eleanor and Park? Ketika kau menghela nafas bahagia berkali-kali setiap membuka halaman demi halaman.

Membayangkan 2 orang yang teralienasi dunianya masing-masing yang jatuh cinta karena The Smiths. Rainbow Rowell jenius menyisipkan banyak band indie dan playlist lagu-lagu yang tidak biasa. Seolah langsung mengajak kita mengikuti cerita mereka diiringi lagu-lagu tersebut.

Beberapa quote dan playlist yang ada mudah-mudahan bisa memberikan gambaran, bagaimana cerita Park, memulai ceritanya dengan Eleanor di antara percakapan di dalam bus, komik X-Men, dan Chuck Norris.

radioholicz-eleanor-and-park-mixtape

“Eleanor was right. She never looked nice. She looked like art, and art wasn’t supposed to look nice; it was supposed to make you feel something.” (Park)

“Holding Eleanor’s hand was like holding a butterfly. Or a heartbeat. Like holding something complete, and completely alive.” (Park)

[soundcloud url=”https://api.soundcloud.com/tracks/43471563″ params=”color=ff5500&auto_play=false&hide_related=false&show_comments=true&show_user=true&show_reposts=false” width=”100%” height=”100″ iframe=”true” /]

“I just want to break that song into pieces and love them all to death.” (Eleanor)

“There’s no such thing as handsome princes, she told herself. There’s no such thing as happily ever after.” (Eleanor)

[soundcloud url=”https://api.soundcloud.com/tracks/115741159″ params=”color=ff5500&auto_play=false&hide_related=false&show_comments=true&show_user=true&show_reposts=false” width=”100%” height=”100″ iframe=”true” /]

Read More Read More

Album Review : Jason Chen ~ Never For Nothing

Album Review : Jason Chen ~ Never For Nothing

Ketika orang menyangka tidak ada yang bisa mengalahkan formula anti-move on dari track The Man Who Can’t Be Moved, maka silahkan dengar album dari penyanyi Taiwan kelahiran Amerika, Jason Chen. Dosis galaunya rasanya sudah sangat keterlaluan. Tapi kenapa saya mendengarkannya juga? Ya menurut ngana? Galau itu default, jendral!

image via itunes.com
image via itunes.com

Seperti terlihat klise, tetapi memang rasanya album ini didedikasikan untuk mereka yang memang masih mempunyai sisa-sisa perasaan dan menjadikan kenangan sebagai asupan untuk hidup. Oke sip. Dengan beat-beat RnB yang easy listening, kita akan mendengarkan cerita Jason Chen untuk move-on (Still in Love, Time Machine) sampai tentang persoalan masih-oke-kok-berteman-dengan-mantan, walaupun rasanya tetap menyakitkan (Invisible, Losing My Head).

Iqko! Kamu memang masokis!

Tidak seperti karir artis jebolan Youtube yang lain, syukurlah Jason Chen menemui jalannya untuk memulai karir secara professional. Di kanal Youtube kita masih bisa menemukan lagu-lagunya yang terbaru. Dia juga sudah merilis 4 buah album dan mendapat tempat khusus di tanah Mandarin.

Selain memiliki alur cerita yang terlihat jelas di album Never For Nothing, vokal Jason Chen sangat layak dinikmati. Walaupun tidak sangat disarankan mendengarkan albumnya terus-menerus (I Hate Sorry, Never For Nothing). Dia mengajarkan bahwa malam-malam gelap akan terlalui juga dan bagaimana merapikan semua kenangan untuk melangkah lagi. Dengarkan suara piano yang mendominasi di setiap lagu! Menjadikan album ini bisa dinikmati kapan dan dimana saja.

[soundcloud url=”https://api.soundcloud.com/tracks/89378164″ params=”auto_play=false&hide_related=false&visual=true” width=”100%” height=”100″ iframe=”true” /]

Untuk sebuah album yang terasa sangat personal, Jason Chen mampu menghadirkan sosoknya sebagai seorang pencerita yang baik. Jadi, siapa yang belum bisa move-on? *eh

I wanted to move on
But unlike you, I’m not that strong
(Jason Chen – Still In Love)

One Republic : Jakarta, kalian gila!

One Republic : Jakarta, kalian gila!

Itulah pernyataan yang dilontarkan oleh Ryan Tedder selepas encore yang dilakukan dalam konser yang dihelat pada sabtu malam. Crowd yang sedari sore selalu berteriak menunggu kedatangan mereka seolah terpuaskan dengan set list yang didengungkan selama 2 jam penuh.

One Republic hadir sebagai salah satu pengisi acara yang dihadirkan oleh Guinnes dalam rangka memperingati Arthurs Day, sang pendiri Guinnes. 3 Artis yang menjadi highlight yaitu Club 8, One Republic, dan Mew. Setelah penampilan Club 8 dengan ambience teduh mereka, seluruh crowd pecah ketika One Republic mulai bernyanyi. Saya pun akhirnya bertemu dengan beberapa kru dari CreativeDisc lagi dan kami siap untuk berpesta bersama!

CreativeDisc Team!
CreativeDisc Team!

Lagu-lagu yang dihadirkan oleh One Republic sangat beragam, mulai dari track-track yang ada di album pertama sampai album terakhir mereka. Beruntunglah 3 track andalan saya juga dinyanyikan, Stop and Stare, Marching On dan All The Right Moves. Saya yang hanya mengikuti sampai album kedua, sempat kehilangan arah ketika beberapa track yang tidak familiar dinyanyikan dari album ketiga (selain Secrets dan Good Life tentu saja), tapi barisan penonton yang lain seolah tidak berhenti untuk terus berteriak.

Read More Read More