Hej! Selamat Hari Raya Idul Adha 1435 H! Lebaran kali ini tentu saja sangat berkesan karena lebaran pertama jauh dari rumah. Rutinitas mengantar ke pasar, membagi daging kurban, dan berkumpul bersama keluarga terpaksa ditunda dulu. Get some, lose some 😀
Setelah shalat Ied bersama keluarga Muslim Swedia, saya memutuskan untuk ikut dalam walking trip. Kali ini menjelajahi wilayah Nacka, termasuk jelajah hutan, mendaki bukit dan berjalan sejauh 7 km. …
Banyak cara untuk berkenalan dan masuk ke dalam budaya seseorang. Salah satunya adalah makanan. Siapa yang bisa menolak pesona semangkuk sup ayam atau perkedel jagung?
Sejak dulu lidah saya sudah terbiasa dengan aneka bumbu dasar masakan Indonesia. Ketika penyakit asma ibu kambuh, salah seorang dari kami harus mengambil alih tugas domestik untuk memasak. Berhubung kakakku lebih sering menjadikan kami kelinci percobaannya, maka jadilah tugas memasak saya ambil alih. Berbekal instruksi dan petunjuk ibu tentu saja.
Kenapa harus ribet memasak sih? Bukannya kegiatan kampus juga sudah sangat menyita waktu?
Apalagi masakan Indonesia itu, membutuhkan 3 jam untuk sekali masak. Dari mempersiapkan bahan mentah, mengolah sampai meyajikannya. Belum lagi membereskan cucian piringnya. Habis itu? Capek. =)), tapi memang dasarnya lidah sudah terbiasa. Makan roti atau pasta selama 2 hari sudah pasti bosan, jendral!
Satu cerita menarik ketika saya masih di rumah Linus, rumah orang Swedia pertama kali saya tinggali. …
Hari yang panjang, presentasi yang berantakan, materi final tinggal seminggu lagi. Bagaimana cara menutup hari? Tentu saja dengan suguhan musik jazz yang memikat.
Senin adalah hari yang panjang. Begitu pula senin yang lalu. Dengan 4 mata kuliah, serentak di hari yang sama. Setelah kelas selesai, saya bersama Maddy dan Anni-Amelia berencana untuk mengitari bagian selatan kota. Tidak sengaja saya mendengar mereka bercerita tentang masjid dan kawasan muslim di kota, saya kemudian bertanya dan minta sekalian diantar. 😀
Saya selalu tersenyum ketika mengingat perkataan seorang teman dekat,
“You are such a lucky bastard”, perkataan yang dilemparnya sambil bercanda.
Mungkin memang benar iya, ada banyak keberuntungan yang bila dihitung dalam rupiah akan sulit saya jalani dengan gaji pegawai negeri sipil golongan III A. Perjalanan menempuh Pulau Rinca di Taman Nasional Komodo dengan berkendara sebuah perahu Phinisi, menginjak tanah paling timur Indonesia, Merauke, atau menjejakkan kaki di negeri para Viking, Swedia.
Apa benar semuanya itu keberuntungan belaka?
“Selalu ada doa yang terselip dari ibumu untuk semua hal baik yang terjadi.”
Saya selalu mengingat kutipan yang entah pernah saya baca dimana. Bahwa sebaik-baiknya doa adalah perkataan ibu yang selalu mengingatkan untuk selalu berbuat baik. Melakukan semua hal dengan usaha maksimal. Walaupun konsekuensinya kadang waktu libur pun harus dipakai untuk bekerja. Semuanya berproses dalam hitungan bulan dan tahun.
Jauh dari rumah membuat pikiran saya sering berkelana. Betapa ajaib semua rencana Tuhan dan bagaimana semesta juga ikut berkomplot dalam memainkan perannya. Dulu, ketika pertanyaan “Kapan nikah” dilontarkan, saya selalu berceletuk,
“Insya Allah setelah bekerja, mengantarkan Ibu dan Bapak umrah dengan hasil keringat sendiri, dan kuliah S2 di luar negeri”
Semesta meng-iya-kan. Idiom be careful what you wish for sekali lagi terbukti. Tentu saja untuk hal yang baik. Bahwa cerita baru di Negara Skandinavia ini sebagai jembatan terakhir, untuk sebuah cerita baru yang menunggu di ujung sana. Sebuah pelajaran untuk memulai kembali. Memaknai diri di sebuah tempat yang begitu jauh dari rumah. Jauh dari teman.
Dibalik semua keriuhan mempersiapkan ayo-sekolah-lagi selama satu tahun, pelan saya belajar untuk mengenal diri sendiri. Berjuang bersama langkah kaki yang kadang kala masih tersandung, hati yang masih sering terjatuh dan doa yang tidak pernah berhenti mengalun. Ada 2 tahun menunggu di Negara baru, lingkungan baru, dan teman-teman baru.
Semoga saya bisa menjalaninya dengan penuh semangat.
Drama? Tentu saja ada! Saya akan meneruskan postingan mengenai perjalanan 19 jam Jakarta-Stockholm di lain kesempatan. Selamat akhir pekan!