Pawang Hujan, Cerita Hantu dan Ghost Radar App.
Ketika Anni-Emilia mengirimkan sebuah tautan berita buzzfeed mengenai seorang editor yang membeli boneka berhantu dari e-bay, ingatan saya seketika kembali ke percakapan-percakapan tidak masuk akal bersama Madde dan Anni.
Entah awal mulanya kami berbicara tentang apa, tapi perbicangan tersebut berakhir dengan pertanyaan saya mengenai cerita hantu di Stockholm. Apakah itu diangkat dari kenyataan ataukah hanya berupa urban legend semata. Dengan banyaknya gedung tua serta sejarah panjang di Stockholm, tidak memungkinkan beberapa tempat dihuni oleh makhluk astral. Mereka kemudian mengembalikan pertanyaan tersebut,
”Kamu percaya dengan hantu?”
Hahaha. Sayapun bercerita sedikit tentang beberapa pengalaman saya bersentuhan dengan makhluk yang berbeda dunia tersebut. Dalam agama pun kita diberi tahu bahwa ada makhluk tak kasat mata. Belum lagi legenda-legenda lokal tiap daerah yang memiliki ceritanya masing-masing. Pengalaman paling baru saya yah ketika tahun lalu saya dan beberapa teman menjelajahi daerah setiabudi jam 3 malam selepas sahur di salah satu warung. Singkat cerita, karena keisengan teman saya mengambil foto di depan sebuah rumah, ternyata ada makhluk yang menempel di pundaknya. Belum lagi ketika kami hendak berjalan di sebuah lorong, tiba-tiba saja lampu penerangan sepanjang jalan kecil tersbut serentak padam dan meninggalkan kami dengan bulu kuduk meremang. Keesokan harinya ketika dia menunjukkan foto yang diambilnya di depan rumah tersebut pada seorang teman, ternyata di depan rumah tersebut banyak penghuni lain yang sedang memperhatikan kami.
Ekspresi Madde dan Anni selepas saya menceritakan hal ini berujung pada ketidak percayaan mereka bahwa hal tersebut masih terjadi di tahun 2014.
Mengapa hal ini menjadi menarik? Dalam konsep pemikiran mereka yang logis, tidak ada tempat untuk makhluk astral. Bahkan ketika berdiskusi tentang fenomena gaib pun mereka sangatlah skeptis dan berujar semuanya bisa dijelaskan dengan fakta. Apakah karena mereka tidak mempunyai ruang untuk percaya tersebut sehingga keberadaan makhluk halus nyaris tidak pernah disinggung?
Dua benturan budaya yang jauh berbeda. Coba saja mencari cerita hantu di Indonesia dengan menggunakan kata kunci ”Nyi Roro Kidul”, ”Misteri Kota Tua” ataupun kata kunci sejenis. Pun dalam wilayah dunia film pun kisah misteri atau para hantu menjadi salah satu penonton terbanyak di bioskop.
Diskusi kami semakin menarik ketika saya menceritakan lagi tentang konsep pawang hujan. Anni Emilia berkomentar mengapa setiap acara penting negara atau kerajaan di Eropa selalu disertai dengan cuaca yang sangat bagus. Royal Wedding Pangeran Carl di Stockholm disambut dengan cuaca cerah dan suhu mencapai 24 derajat! Bagaimana dengan Indonesia? Bukan cerita baru lagi kalau acara kenegaraan, konser musik, atau hajatan lainnya biasa menyertakan pawang hujan di balik kesuksesannya. Apalagi kalau acara tersebut dilakukan di tempat terbuka dan di musim penghujan. Tidak jarang pawang hujan yang digunakan bisa sampai 2 orang.
”Did they do some magic? How could you control the weather?”
Semua keheranannya itu terletak di antara batas kagum dan tidak percaya. Ketika seluruh dunia bisa diakses melalui ponsel pintar di genggaman, masih ada orang-orang yang mempercayai bahwa hujan bisa ditangkal dengan melempar celana dalam ke atas genteng. Sayapun memberikan tautan berita mengenai pawang hujan dari dua media yang pernah membahasnya.
Percakapan-percakapan lintas budaya ini yang membuat interaksi saya selalu menarik. Sudut pandang yang baru tidak lantas kami membandingkan dua budaya. Karena secara historis dan latar belakang pun dua-duanya berbeda. Sampai suatu hari Anni mengirimkan sebuah tautan dari buzzfeed tersebut.
Dia tidak mempercayai bagaimana sebuah boneka bisa dirasuki oleh hantu dan eksistensi makhluk astral ternyata ada. Logikanya berusaha mencerna semua cerita ketika jemarinya lincah mengecek tautan situs e-bay yang menjual boneka serupa. Belum lagi dengan rasa penasarannya dengan aplikasi Ghost Radar yang katanya bisa mendeteksi hantu.
”Kita bisa mencobanya di kastil-kastil tua di Stockholm”
Pandangannya seketika berubah antara penasaran dan ketakutan yang samar. Saya sendiri tidak pernah mencoba aplikasi tersebut. Tapi beberapa teman yang mempunyai ”bakat” untuk melihat hantu pernah memakai aplikasi tersebut dan berkata kadar keakuratannya diatas 60 persen.
Pembicaraan kami berakhir pada simpulan haruskah dia percaya pada hantu atau tidak? Rasa penasarannya pada aplikasi tersebut membuat kami berjanji akan mengetesnya suatu hari nanti. Pada saat musim dingin mungkin? Ketika kegelapan benar-benar menyelimuti Stockholm.