Sederhana saja
Bagaimana mimpi pelan-pelan membaur menjadi satu kesatuan yang utuh. Kemarin seorang teman mengajarkan sesuatu lagi kepadaku secara tidak langsung. Apa yang kau cari di umur pertengahan 20 an? Sebuah fase mencari kemapanan dan kenyamanan tentu saja. Apa yang terlewatkan? Satu hal, fokus!
Semalam saya hampir terkapar, stamina saya menurun. Itulah kelemahan manusia. Justru pada saat kondisi sakit, atau ritme hidupnya berkurang atau bahkan cenderung melambat, akhirnya saya bisa mencerna dan memikirkan semuanya lagi. Saya drop karena apa? Karena terlalu banyak aktivitas. Terlalu banyak mingle, terlalu banyak mengurusi ini itu. Sampai pada satu titik pertanyaan, sudahkah hidupmu kau urusi?
Sebuah tohokan yang amat dalam. Terutama ketika itu berasal dari kepalamu sendiri. Disinilah saya lagi. Mencoba melihat secara keseluruhan. Bukan berarti semua komunitas itu tidak penting. Bukan berarti semua kegiatan itu tidak perlu. Bahkan, apalah saya tanpa mereka-mereka itu. Dengan adanya mereka saya eksis. Tapi satu kebodohan saya adalah tidak bisa mengatur ritmenya lagi. Saya kehilangan kontrol. Saya terbawa arus. Di akhir Ramadhan barulah saya menyadarinya, saya akan sangat merindukan bulan ini.
Sekarang ini semua orang fokus dengan hidupnya. Dengan pilihan yang telah dibuatnya. Seorang teman akan dipanggil ke Jakarta mengikuti sebuah Focus Group Discussion tentang etika berinternet. Apakah saya harus iri? Apa kemampuan saya. Itu karena dirinya sendiri. Telaten dalam bersilaturahmi, mafhum dengan topik yang dibicarakan. Lah saya? Tolong berkaca dulu. Mungkin itu saja yang bisa saya tamparkan kepada diri sendiri. Karena kalau bukan menyadari kesalahan diri sendiri, mau tunggu teguran dari yang di Atas? Tidak terima kasih.
Sederhana saja bagaimana hidup mengalir saat ini. Mungkin tidak sesederhana ketika menjalaninya di kehidupan nyata, dimana segala kerempongan, segala keribetan akan terjadi sedemikian rupa. Tapi intinya Cuma satu. F O K U S. Akan kau bawa kemana hidupmu setelah ini?
Kemarin juga ulang tahun portal musik dimana saya dengan bangga menyatakan bahwa saya adalah salah satu kontributornya. Kontributor abal-abal sih kalau mau saya mengatakannya. Dalam sebulan biasanya saya hanya menaikkan 3 tulisan. Itupun setelah dipaksa menulis oleh sang empunya situs. Tapi kenapa saya iri dengan seorang teman yang tulisannya bisa naik setiap hari? Ya iyalah! Logikanya dimana! Kalau memang saya mau tulisan saya naik semakin sering, berarti saya juga harus nulis sesering mungkin.
Ya, saya bukan manusia super. Pola ini pun sudah sedemikian sering terulang. Bagaimana drop, ritme yang terlalu cepat, penyangkalan diri, sampai berlindung pada kesendirian karena faktor terlalu lelah menjadi bagian dari hidup. Apa akibatnya? Ada kerjaan yang menjadi terlantar, kegiatan yang tidak fokus, sama semuanya menjadi berantakan. F O K U S!
Kenapa hal ini menjadi sedemikian kuatnya saya tancapkan kepada diri sendiri? Karena beginilah saya. Selalu keteteran, faktor belum punya pacar juga kali yaah. Hahaha, karena perhatian saya menjadi sangat mudah teralih. Menjadi gampang bosan, dan gampang berlindung dibalik kesendirian. Saat semua orang sudah settle dengan hidupnya, eh saya malah masih berkeliaran di sana sini.
Semua orang punya perjalanannya sendiri-sendiri. Ketika saya mengatakan pada seorang teman bahwa hidup tidak pernah ramah kepada saya, akhirnya saya harus membalik pertanyaan itu,
“apakah saya pernah ramah kepada hidup?”
Apakah semua sikap skeptis, keras kepala, dan tidak mau belajar itu akibat perjalanan hidup? Bisa jadi Iya, tapi semuanya kembali ke saya untuk memperbaiki semuanya. Jalan cerita masih bisa berubah. Fokus yang harus diutamakan, sehingga nanti bisa menentukan jalan yang tidak akan membuat tersesat lagi. Semangat yah Tuan beruang!
7 thoughts on “Sederhana saja”
hwaaaa kak iQko! *bearhugs* Semoga gak tersesat lagi, yaaa! Amin 🙂
Pertamax gan !
Semangat ya om iqko, memang di tengah2 kehidupan yg galau ini kita harus fokus & tetap on d track.
*tepuk2 pundak om iqko*
*puk puk puk paman beruang*
mungkin abang ini mengalami ekstase psikologis masa remaja part 2 … semacam puber tingkat lanjut, ketika seseorang masuk pada dimensi refleksi2 pesimistik, dimana segala kekurangan yg jd topik, namun di sisi lain bang, selalu ada kekuatan tersembunyi yang a’lambung kiri, membuncah secara tiba-tiba dan menjadi kejutan2 kesuksesan yang -aihhh- sangat indah pada waktunya …
saya setuju sama komentar yg ini..
beruntunglah Iqko yang bisa punya kesempatan untuk melakukan refleksi..
tidak semua orang punya kesempatan dan kemauan untuk itu
merefleksi diri adalah bagian dari langkah maju juga. Saya ucapkan selamat, paman beruang 😀
saya selalu terkagum-kagum kepadamu karena bisa dengan mudahnya menceritakan apa yg sedang kau rasakan, juga pandangan tentang hidup.
dan sampai sekarang pun saya masih terkagum-kagum.
yakinlah kalau kau bisa dan kuat untuk melewatinya, sudah waktunya kita tidak lagi menertawakan hidup, dear beruang
*hugs hugs*