Percakapan pertama dan terakhir.
Sebuah percakapan bisa dimulai dari sebuah ketertarikan. Apa yang bisa kau uji dan cari dari lawan bicaramu. Apakah sebuah pertemuan akan berakhir menyenangkan, ataukah kita hanya menjadi 2 manusia dengan balon pikiran masing-masing. Menjadi individu yang berbeda isi kepala.
Setelah 2 kali berpindah tempat, akhirnya kami memutuskan untuk singgah di sebuah kafe di bilangan wilayah Lasinrang. Sayup-sayup suara Sarah MacLachlan bersenandung sewaktu kami hendak duduk. Kami sontak berujar dan menyebutkan nama yang sama. Tidak lupa menyebutkan Angel sebagai lagu paling terkenal dari sang penyanyi. Sebuah intro yang menyenangkan, mengetahui bahwa selera musiknya lumayan.
Matanya menelusuri barisan menu yang ada. Memilih apa yang hendak dicicipi, sambil sesekali bertanya bahan dasar makanannya. Akhirnya dia memilih saya Avocado Frappucino dan saya memesan hot chocolate. Setelah serangkaian makanan yang masuk di lambung selama seharian tentu saja saya tidak mau terlihat bodoh, kalau saja sang perut nanti berkhianat. Kami memulai pembicaraan dengan pertanyaan standar, kerja dan menetap dimana, makanan favorit, dan rahasia mengapa dia terlihat begitu menarik.
Percakapanpun semakin mengalir. Diantara lalu lalang suara kendaraan yang sesekali terdengar, dia berbicara tentang masa lalunya, tentang kuliah, kerjaan dan pengkhianatan yang dialaminya. Saya hanya sesekali menanggapi dan berbagi beberapa pengalaman yang sama. Bagaimana sebuah persoalan asmara bisa menjadi pelik karena satu dan lain hal. Banyak orang bilang bahwa tabu membicarakan mantan pada pertemuan pertama, tapi entah siapa yang memulai topik tersebut dan membuat kami terjebak tentang kisah cinta pertama masing-masing. Saya bercerita bahwa pernah ada seseorang yang pernah saya titipkan harapan dan saling bersurat selama 3 tahun melalui perantara kakaknya (ah, masa-masa itu!)