Suatu sore bersama Månz Zelmerlöw
“Bagaimana antrian di dalam arena? Apakah sudah penuh?”
Pertanyaan itu saya ajukan kepada seorang petugas Gröna Lund di pintu masuk. Kekhawatiran saya bahwa penonton akan sangat membludak tidak terbukti.
”Tidak semua orang perduli kok dengan Eurovision. Bahkan dengan Månz sekalipun.”
Wait, what?
Mungking seperti itulah kenyataannya. Ketika saya akhirnya bertemu Lena dan Elena, kami memutuskan untuk bergegas masuk ke dalam arena konser. Puluhan orang sudah berkumpul di depan panggung dan mengambil posisi yang strategis. Kami masih bisa mencari jalan dan lokasi tepat di tengah-tengah crowd. Ketika Jessie J melakukan pertunjukan sehari sebelumnya, pastilah tidak akan semudah ini.
Kenapa konser ini menjadi begitu penting? Nama Manz menjadi perbincangan hangat di Swedia setelah memenangkan konser Eurovision ke 60. Cerita mengenai Eurovision akan saya ceritakan di lain kesempatan. Tapi laiknya pahlawan nasional, antusias penonton sore/malam itu terasa menggemuruh.
Saya sempat terkecoh dengan backdrop yang digunakan, apakah itu gabungan antara Maroon 5 dan Alesso? Saya penasaran bagaimanakah aksi panggung Månz dalam menyanyikan semua lagunya. Karirnya sendiri sudah dimulai sejak tahun 2005, sebagai alumnus Idol versi Swedia dan dua kali mengikuti kontes Melodifestivalen. Saya tidak mempunyai track record mengenai musiknya seperti Darin atau Robyn yang lebih familiar.
Salah satu persoalan menonton konser dengan track list yang tidak familiar adalah kebingungan untuk menikmati musik atau menikmati pertunjukan di atas panggung. Otak saya otomatis bekerja mencerna setiap lagu yang dibawakan oleh Månz. Seluruh insting saya juga bekerja untuk mencari sesuatu yang familiar atau otentik dalam vokalnya. Hanya track Heroes yang menjadi referensi saya untuk menebak seperti apa konsep musik yang diusungnya.
Untuk beberapa track pembuka, beberapa lagu dari album Barcelona Session dihadirkan. Ide glory, break the limit, sky, achievement sepertinya menjadi tema mendasar dalam penuturannya. Apakah berlebihan? Mungkin 5 atau 7 tahun yang lalu track-track seperti ini bisa menjadi penyelamat jiwa yang galau. Tapi sekarang rasanya sudah terlambat. Jiwa saya sudah terlalu gelap. *eh*
Saya sempat menonton beberapa video musiknya di Youtube. Ternyata era album Barcelona Session terasa lebih matang dan berkonsep band dibandingkan dengan album terdahulu yang terasa sangat electro/european dance hype. Cara Mia, Brother oh Brother terasa berbeda ketika ditampilkan dengan konsep band.
Banyak bagian menarik dari aksi panggung Månz. Salah satunya adalah ketika dia membawakan track Broken Part secara akustik. Ketika itulah saya bisa mencirikan vokalnya lebih familiar. Dia mampu menjangkau range-range nada tinggi tanpa kesulitan tanpa kehilangan esensi lagu tersebut. Tapi rasanya dukungan band yang solid yang membuat penampilannya menjadi lebih gemilang. Beberapa track terasa berbeda dengan sentuhan saksofon dan flute, tapi ya itu tadi, mungkin orang-orang lebih terbawa pada euforia kemenangannya di ajang Eurovision daripada mengetahui lagu-lagunya. Belum lagi entah mengapa cara dia berlarian di atas panggung serta blocking panggungnya mengingatkan saya pada Chris Martin. Hahaha, hal itu juga dikatakan oleh Lena. Well, semua orang bisa mendapat inspirasi dari mana saja kan?
Setelah lagu Cara Mia ditampilkan, Månz pamit dan hilang dari panggung. Efek klise sebuah encore, bagaimana mungkin seorang artis turun panggung sebelum menyanyikan hit terbesarnya? Setelah penonton meneriakkan namanya, intro Heroes mulai mengalun diiringi teriakan histeris para pemuda-pemudi. Inilah raja diraja track yang mendominasi radio selama 2 bulan terakhir. Sebuah jawaban untuk pencapaian musik Swedia di tanah Eropa.
Seorang perempuan di sebelahku sampai menitikkan air mata.
Efek magis track Heroes begitu kuat sore itu. Beberapa efek kembang api di depan panggung, confetti berisikan kertas berwarna biru dan kuning diledakkan untuk merayakan kepulangan sang pahlawan nasional. Entah berapa orang yang menjadikan Månz sebagai pahlawan mereka kemarin malam.
One thought on “Suatu sore bersama Månz Zelmerlöw”