Rise of The Guardians; raise the hope!
Ketika melihat Jack Frost dalam film Rise Of The Guardians saya sempat bertanya, seperti apakah rasanya kesepian?
Bukan statement menuju curhat colongan, tapi rasanya tokoh Jack Frost memiliki banyak kesamaan dengan tokoh utama dalam film How To Train Your Dragons. Itu mungkin salah satu alasan terbesar ketika saya menonton film ini. Selain, kelinci paskah yang membawa bumerang, dan peri gigi yang sangat posesif.
Mau tidak mau sentral film ini kemudian beralih ke tokoh Jack Frost. Sosok manusia salju yang sering dibuat oleh mereka yang menikmati 4 musim. Ketika mitos yang kemudian berkembang bahwa Jack Frost lah yang membuat badai salju untuk bersenang-senang. Berbeda dengan mitos tentang Peri Gigi, Santa Claus, Kelinci Paskah, dan Sandy, sang peri mimpi. Semuanya diceritakan adalah sahabat anak-anak. Apa yang terjadi ketika Jack Frost ditunjuk menjadi penjaga yang baru?
Ketika Boogeyman kemudian kembali untuk menguasai mimpi buruk, semua “guardians” kemudian bersatu untuk melawannya. Sayangnya, kali ini keempat penjaga tidak sanggup untuk melawan sang Boogeyman yang mengetahui cara memanfaatkan pasir mimpi Sandy dan merubahnya menjadi mimpi buruk. Dia kemudian menculik para bayi peri gigi dan merusak Paskah! Hasilnya semua anak-anak kemudian kehilangan mimpi dan kepercayaannya kepada keajaiban.
Walaupun tradisi yang dilontarkan dan menjadi kisah sentralnya tidak familiar bagi kebanyakan orang, saya lebih melihat film ini sebagai hal untuk mempertanyakan kembali sebenarnya bahagia itu untuk siapa? Apakah dengan mempercayai mimpi dan orang lain, lantas diri sendiri akan bahagia?
Jack Frost sendiri yang awalnya bersikap tak acuh kepada 4 penjaga yang lain mulai berubah dan merasa simpati. Ketika ditunjuk oleh sang bulan untuk menjadi penjaga yang kelima, dia terus mempertanyakan eksistensinya sendiri. Ketika tidak ada yang mengetahui tentang dirinya, tidak ada yang mempercayai dirinya. Maka dia merasa tidak ada. Lantas untuk apa repot-repot membantu dan membuat orang lain percaya?
Ketika semua gigi yang dikumpulkan oleh sang peri dicuri oleh Boogeyman, akhirnya dia tergerak untuk membantu. Rasa penasarannya juga terpicu untuk mengetahui masa lalunya yang tersimpan di gigi pertamanya yang disimpan oleh sang peri. Maka dimulailah petualangan mereka berlima!
Animasi yang dihasilkan oleh tim Dreamwork Animations sekali lagi sangat keren. Dengan detail pasir mimpi Sandman—termasuk kuda hitam yang menjadi simbol mimpi buruk Boogeyman—semuanya seperti kenyataan. Istana Santa Claus dengan kurcaci dalam lonceng, sampai detail sayap sang peri gigi, semuanya terasa nyata. Silahkan nikmati dunia sang kelinci dalam mempersiapkan telur paskah, termasuk dengan humor dari Yeti, yang membantu Santa.
Mungkin cerita akhirnya sudah bisa ditebak. Jamie, sang anak dengan harapan terakhir kemudian menjadi pemicu semua kekuatan yang dijadikan alat untuk melawan Boogeyman. Bersama teman-temannya, dia akhirnya menyadari keberadaan Jack Frost dan bersatu melawan Boogeyman. Happy ending? Tergantung bagaimana melihat persepsi anda tentang bahagia.
Selalu ada mimpi buruk yang menyertai langkah, tetapi ketika hati selalu mempercayai ada keajaiban-keajaiban yang akan terjadi, bagaimanpun bentuknya, itu akan menjadi penyemangat untuk terus melanjutkan hidup.