Kepada M, tentang Nakata dan perjalanannya.

Kepada M, tentang Nakata dan perjalanannya.

Halo M, apa kabarmu? Saya membayangkan bagaimana kamu menyambut parade perasaan yang berdatangan di bulan ini. Sebuah bulan penuh harapan yang sudah sepantasnya kau dapatkan dengan semua perjuangan dan pilihan-pilihan yang yang dirimu buat. Sampai setinggi harapan bisa diandalkan?

radioholicz-kepadaM-maret

Percaya atau tidak, saya selalu berpikir bahwa semesta memiliki caranya sendiri untuk bekerja. Seperti kutipan dari buku Sang Alkemis milik Paulo Coelho yang menjadi buku wajib semua mahasiswa baru yang mencari jati diri. Masih ingatkah kamu pada masa-masa itu? Ketika pilihan kita hanya sesederhana bagaimana mengerti alur pikiran dosen yang menjejali dengan teori dasar jurnalistik sebagai modal dasar untuk menjadi jurnalis, ataupun konsep dasar statistik untuk mengukur bahwa semua bilangan pembagi akan menjadi penentu dari berbagai kemungkinan.

Padahal hidup itu adalah sebuah awal dan ekstraksi dari semua kemungkinan-kemungkinan. Dari yang paling masuk akal sampai di luar batas nalar sekalipun.

Mungkin kamupun sudah mengetahuinya, pilihanku untuk berjalan sejauh ini adalah sebuah perjalanan untuk mencari jawaban. Saya harap pertanyaannya akan semudah pertanyaan 4 ditambah 4 sama dengan berapa. Jangan menyambutnya dengan sempat tidak sempat harus dibalas, guyonan itu rasanya sudah harus masuk musium sejarah. Toh ujian kita tidak lagi sesederhana itu.

Mengenai pilihan, banyak dari kita yang berujar tidak mempunyainya. Apakah kita sedemikian egois M? Menyudutkan hidup dengan segala asumsi bahwa kita bisa mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Apakah memang posisi kita yang sekarang adalah notabene bentuk pasti dari jatah hidup kita di dunia? Ataukah ini akumulasi dari pilihan-pilihan yang kita buat dalam rentang waktu berjalan? Saya selalu berpikir bahwa saya termasuk beruntung, melihat dengan jelas titik-titik dimana saya harus memilih untuk sesuatu yang pasti, seperti soal sekolah atau pekerjaan. Tetapi ada kalanya pilihan tersebut terasa mutlak dalam beberapa kondisi. Seperti mengenai hati atau perasaan yang kadang kala menjatuhkan pilihannya kepada siapapun yang dia inginkan.

Selama dua hari ini saya berkenalan dengan sosok Nakata dalam Kafka on The Shore. Izinkan saya tertawa kecil terlebih dulu. Saya tahu nama Kafka memberi sensasi tersendiri buatmu. Sekarang saya memiliki imaji yang lain ketika mendengar Kafka on The Shore. Alkisah Nakata selalu berada dalam posisi dimana takdir yang menentukan jalan hidupnya. Bertemu dengan berbagai kejadian ajaib yang menuntunnya dalam berbagai petualangan.

Tentu saja kita bisa berargumen bahwa ini hanyalaah bentuk surealis dari cerita Haruki Murakami. Tapi saya membayangkan bagaimana hidup seorang Nakata yang selalu berkata cukup untuk seluruh hidupnya. Hidup teratur dengan ritme pasti, tanpa perlu menekankan perasaan untuk hal-hal yang tidak pasti dan membiarkan hidup mengalir apa adanya. Apa kita bisa seperti itu, M?

Pilihan-pilihan itulah yang membuat kita berjuang lebih keras, dengan semua drama yang menyertainya. Itulah yang menjadi bumbu penyedap kehidupan. Kamu bisa bayangkan setiap drama yang saya lalui di kantor. Konsekuensi dari pilihan, kalau bisa saya bilang. Semoga semua cerita yang menyertaimu berkantor di menara tinggi itu mendewasakan. Belajar mengelola konflik dengan orang lain. Seperti dulu kita mengelola konflik dengan teman-teman angkatan tersayang. Rasanya sulit membayangkan kita berjalan dalam sepatu Nakata. Berjalan statis dan hidup dalam zona nyaman yang sama bertahun-tahun.

Maret sudah menyambut kita lagi M. Kemarin saya masih bisa berleyeh-leyeh. Seharian tidak bergerak dari tempat tidur, dapur, kamar tidur, sambil menonton The Voice ataupun membaca Kafka. Selamat menyambut senin dengan semangat yang membuncah, karena seperti katamu tomorrow is different day.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.