Skansen dan Valborg; dua identitas Swedia yang tidak bisa dilewatkan.
Memasuki musim semi, suasana dan mood penduduk Stockholm juga berubah. Dari gloomy menjadi lebih bersahabat dan mudah tersenyum. Fashion statement di jalanan pun tidak lagi didominasi pakaian musim dingin yang identik dengan warna hitam. Langit biru, pohon-pohon yang mulai menghijau, bunga-bunga bermekaran, siapa yang bisa menolak mood riang ini?
Suhu diluar ruangan juga sudah lumayan hangat dan bersahabat. Kisaran 14 sampai 16 derajat itu sudah sangat hangat menurut ukuran Swedia. Walaupun saya sih tetap menganggap mereka denial, karena hanya memakai t-shirt dan selembar jaket, sementara saya masih menggunakan sweater. Setidaknya jaket musim dingin sudah resmi masuk lemari kembali.
Ada banyak perayaan yang bisa dinikmati selama musim semi dan musim panas berlangsung. Swedia senang sekali dengan perayaan, sebagai pembenaran untuk festival dan berkumpul di ruang-ruang publik. Salah satu yang tidak bisa dilewatkan adalah Valborg yang jatuh pada hari terakhir bulan April.
Valborg atau Walpurgis night adalah untuk mengingat misionaris Saint Walpurga (710 – 777), dan hari Walpurga yang identik dengan hari buruh diperingati keesokan hari. Di Swedia, prosesi ini tidak lagi kepada unsur agama tetapi lebih kepada perayaan menyambut musim semi. Berbagai festival diselenggarakan sebelum Valborg, tergantung dengan kebiasaan daerah masing-masing. Perayaan terbesar biasanya diselenggarakan di Upsala atau Lund yang terkenal dengan kota pelajar. Berbagai festival seperti memakan sill atau herring, mengayuh kayak di sungai, sampai gasque (makan malam khas Swedia) diselenggarakan oleh student nation setempat. Sayangnya tahun ini saya masih ingin melihat Valborg di Stockholm, mungkin tahun depan baru main ke Upsala.
Salah satu hal identik lainnya adalah sepanjang hari kita bisa melihat para mahasiswa atau pelajar yang memakai topi pelaut berwarna putih. 30 April juga sekolah diliburkan sehingga mereka bisa menghabiskan hari bersama teman-teman sebelum berkumpul di berbagai titik untuk menyaksikan api unggun. Sejarah penggunaan api unggun pun rupanya sangat menarik. Pada malam Valborg, warga Swedia berkumpul, minum, bernyanyi bersama, dan ternak-ternak dikeluarkan dari kandang. Makanya mereka membuat api unggun untuk menghalau binatang buas seperti srigala atau beruang. Selama puncak perayaan Valborg kita bisa menyaksikan paduan suara, pementasan orkestra, atau yang lebih modern, konser band lokal.
Semalam saya menyaksikan api unggun di Långholmen, salah satu titik yang dekat dengan pusat kota. Sebenarnya saya ingin menyaksikan api unggun yang terbesar di Skansen, tapi karena sudah terlebih dahulu janjian dengan Anni-Emilia dan Kim, kami memutuskan untuk menghindari pusat keriuhan.
Rasanya aneh juga setelah 8 bulan di Stockholm saya belum pernah sekalipun menginjak Skansen.
*dikeplak*
Mungkin karena berpikir toh nanti bisa kapan saja, saya sudah berubah menjadi warga lokal. Bahkan ada satu pantai dan satu natural park yang letaknya 10 menit jalan kaki dari rumah, dan saya baru menyadarinya minggu lalu.
Berhubung karena 30 April juga identik dengan hari pelajar, maka sehari penuh Skansen gratis hanya dengan menunjukkan kartu pelajar yang masih aktif (huuu, gak modal!). Tapi eksekusi saya selama 3 jam di Skansen tidaklah terlalu maksimal karena cuaca yang berangin. Ditambah lagi semalamnya saya kurang tidur, jadilah saya cepat merasa dingin dan kelelahan.
Skansen adalah open-air museum terbesar di Stockholm. Suasana Swedia era 1600 – 1900 direkondisikan dengan mempertahankan beberapa bangunan yang mempunyai fungsi besar pada jaman tersebut seperti bank, kafe, pembuat gelas, pengrajin sepatu. Kita juga bisa melihat suasana rumah pertanian atau peternakan milik keluarga lengkap dengan lumbung padi dan peralatannya. Suasana Skansen seolah menciptakan kita berjalan pada masa tersebut, seperti mengunjungi salah satu lokasi syuting Xena atau Game of Thrones.
Selain beberapa bangunan ikonik tersebut, kita juga bisa belajar dan mengenal budaya Sami sebagai identitas Swedia serta menyaksikan hewan-hewan khas Skandinavia seperti Wolverine, Eelk, ataupun beruang. Skansen didesain sebagai tempat piknik keluarga. Melihat para ayah mendorong stroller seketika membuat galau, kapan saya bisa seperti itu? Hahaha. Satu bagian khusus juga dibuat untuk anak-anak. Rasanya sangat menghibur melihat bagaimana reaksi anak-anak tersebut saat pertama kali melihat ayam atau kambing. Mereka ingin memegang dan mengejar-ngejarnya.
Walaupun setelah seharian penuh diluar ruangan dan menyebabkan saya masuk angin, hari kamis kemarin tetap menjadi hari yang menyenangkan karena saya bisa mengenal budaya Swedia lebih dekat lagi. Selamat datang musim semi!
One thought on “Skansen dan Valborg; dua identitas Swedia yang tidak bisa dilewatkan.”
Huhuhu mengiri menganan