Browsed by
Tag: Komunitas Blogger Makassar

AngingMammiri dan identitas kelompok.

AngingMammiri dan identitas kelompok.

Saya teringat perkataan seorang teman bahwa ada saat ketika identitas seseorang disematkan kemana dia berkumpul dan berkerumun. Identitas yang menjadi dasar asumsi berlaku, bertindak dan bercakap. Sepanjang karir pertemanan dan interaksi sosialku pun sudah beberapa identitas yang saya sematkan ke punggung. Anak Kosmik, relawan Rumah KaMu dan Sokola, sampai bagian dari kumpulan bloger Makassar yang slogannya lebih banyak kumpul-kumpul dan hore-hore.

Sebenarnya seberapa kuat ikatan kelompok tersebut pada suatu individu? Untuk kelompok bloger yang begitu cair, mengapa bisa bertahan sampai 12 tahun di ranah digital?

Sesi Kopdar hore

Perjalanan AngingMammiri.org bisa dikatakan dimulai dari pertemuan beberapa founder yang akhirnya mencetuskan ide untuk berkumpul dan berkomunitas. Kisah ini entah sudah berapa ratus kali diulang dan diceritakan lagi dan lagi. Layaknya sebuah amandemen, inilah cikal bakal tempat yang menyediakan rumah bagi banyak orang. Dimulai dengan event kecil-kecilan, workshop, seminar, kopdar, akhirnya rumah itu berubah menjadi lebih besar dengan semua dramanya.

Read More Read More

Dari kandang paksa ke kancah nasional.

Dari kandang paksa ke kancah nasional.

Menulis membantu saya mengingat detail kejadian. Sedang dimana dan bersama siapa. Entah salah apa ikan mas koki sehingga disamakan dengan mereka yang sumbu ingatannya selalu pendek. Tapi terkadang isi kepala yang begitu random dan kompleks membuat semua hal harus dikeluarkan segera.

mereka yang menjadi keluarga :')
mereka yang menjadi keluarga :’)

Kalau tidak, ya gila.

Saya sudah lupa kapan pertama kali saya berinteraksi dengan komunitas Anging Mammiri. Rasanya sewaktu kafe baca Biblioholic berada di rumah besar. Beberapa kali meeting AM dilaksanakan disana, dan saya masih sok cool. Dengan pura-pura jual mahal tapi penasaran juga. Siapa sih mereka ini?

Read More Read More

Mereka yang saya sebut rumah.

Mereka yang saya sebut rumah.

Saya selalu mengingat turning point ketika pertama kali mengenal komunitas. Mengenal riuhnya kebersamaan, bagaimana mensiasati perbedaan, menyelesaikan konflik, sampai pada batas terakhir, bagaimana menerima diri sendiri. Apa adanya.

Menyebut kata introvert, mungkin banyak orang akan mengernyitkan dahi. Memasang muka tidak percaya kalau saya mengatakan sifat ini melekat sampai awal 2005. Saya? Dengan semua barisan komunitas yang saya huni? Percayalah, masa SMP dan SMA membuat saya tenggelam pada perasaan rendah diri. Pasalnya, masa itu saya tidak bisa mengekspresikan diri. Belum menemukan teman sealiran. Saat semua orang membahas Counter Strike atau Sepak Bola, saya malah sibuk mencerna single terbaru Linkin Park atau Blur. Jadilah saya menjadi makhluk anti sosial. Hanya berinteraksi seadaanya.

Perjalanan bersama Ininnawa

Pengalaman melarikan diri dari kerumunan kampus inilah yang ternyata membawa saya kepada satu komunitas yang keren. Setelah sekian minggu berdiam diri di pojokan kafe buku Biblioholic –ya, ketika tidak ada mata kuliah, saya keluar kampus dan ke kafe buku ini—saya akhirnya memulai interaksi dengan para penggiat Ininnawa. Salah satu hal yang membuat saya senang berada disana adalah kebersamaan yang begitu hangat, tanpa terlalu banyak mencampuri urusan personal. Mereka tidak pernah bertanya mengapa saya ada di kafe buku itu dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore, misalnya.

Read More Read More

Setahun Makassar Tidak Kasar.

Setahun Makassar Tidak Kasar.

Setahun yang lalu ada banyak momen menarik ketika roadshow Pesta Blogger 2010 dilaksanakan di Makassar. Sebagai tuan rumah dan menjadi kota pertama, kami berniat melakukan yang terbaik. Atas dasar kecintaan kami terhadap kota Makassar, akhirnya kami memutuskan mengangkat tema Makassar Tidak Kasar. Sebagai bentuk perlawanan dari berita yang ada di media. Makassar Tidak Kasar kemudian hadir memberikan berita positif.

Makassar Tidak Kasar

Ide gerakan ini sebenarnya hadir dari kegelisahan seorang teman. Entah di televisi, Koran, ataupun media lainnya semuanya memberitakan Makassar tawuran. Dia ingin mengajak kita melihat warna lain dari Makassar. Berasal dari hal-hal kecil saja.

Read More Read More