Browsed by
Tag: Private Emotion

Sederhana saja

Sederhana saja

Bagaimana mimpi pelan-pelan membaur menjadi satu kesatuan yang utuh. Kemarin seorang teman mengajarkan sesuatu lagi kepadaku secara tidak langsung. Apa yang kau cari di umur pertengahan 20 an? Sebuah fase mencari kemapanan dan kenyamanan tentu saja. Apa yang terlewatkan? Satu hal, fokus!

Semalam saya hampir terkapar, stamina saya menurun. Itulah kelemahan manusia. Justru pada saat kondisi sakit, atau ritme hidupnya berkurang atau bahkan cenderung melambat, akhirnya saya bisa mencerna dan memikirkan semuanya lagi. Saya drop karena apa? Karena terlalu banyak aktivitas. Terlalu banyak mingle, terlalu banyak mengurusi ini itu. Sampai pada satu titik pertanyaan, sudahkah hidupmu kau urusi?

Read More Read More

Seperti paradoks yang tidak pernah berhenti.

Seperti paradoks yang tidak pernah berhenti.

Bagaimanapun juga hidup akan terus berlanjut, dengan atau tanpa saya. Bukankah eksistensi manusia akan terjawab ketika mereka berada di dalam lingkungan sosial. Lantas, ketika semua hal menjadi saling terikat satu sama lain, mampukah lingkungan itu saling mendukung?

Sebuah pertanyaan yang jawabannya saya temukan di tempat yang jauh. Berbekal niat dan kegilaan, saya memutuskan untuk pergi sejenak dari rutinitas. Mencoba menyakinkan diri, bahwa tanpa saya, sebuah dunia tetap akan berjalan. Tanpa saya, beberapa orang akan tetap tertawa dan menjalani hidup. Juga dengan saya, ada sebuah tawa yang tercipta di belahan bumi yang lain.

Sebenarnya sudah lama saya tidak dihinggapi pertanyaan seperti ini. Sebuah kontemplasi yang tidak berujung pangkal. Tapi bukankah itu nikmatnya hidup? Ketika kau bisa terus bertanya tentang semua hal, termasuk sampai dimanakah kau memahami dirimu sendiri.

Ditemani belasan tawa dan obrolan yang mengalir bersama 3 orang sahabat, akhirnya saya bisa memverbalkan apa yang terjadi kepada saya. Diantara kepulan asap rokok, roti bakar, dan suara ombak yang memecah di pantai, pembicaraan kami menjadi semakin mengerucut. Mencoba menyimpulkan bentuk hidup apa yang sedang terjalani sekarang.

“kamu terlalu paradoks dalam menjalani hidup. Melakukan sesuatu yang ekstrim sebagai sebuah kebiasaan dan melakukan hal ekstrim lainnya di kutub yang berlawanan. Masalah terbesarnya adalah kau menikmati berada di posisi tersebut. Sedangkan orang lain bisa jadi gila ketika berada di posisimu”

Itu adalah jawaban yang dikemukakan padaku oleh perempuan itu. Dia mengerti bagaimana jalan pikiranku. Entah berapa banyak ceritaku yang telah dia dengarkan. Dia bersama seorang perempuan dan seorang lelaki lainnya. Kami telah berbagi dunia. Tidak pernah kami menilai apa yang telah dilakukan. Cukup itu menjadi privasi dan pilihan kami.

Bagi yang belum mengerti konsep paradoks sebenarnya, ini adalah kutipan yang saya temukan ketika bertanya pada nona Wikipedia,

Sebuah ‘paradoks adalah sebuah pernyataan yang betul atau sekelompok pernyataan yang menuju ke sebuah kontradiksi atau ke sebuah situasi yang berlawanan dengan intuisi. Biasanya, baik pernyataan dalam pertanyaan tidak termasuk kontradiksi, hasil yang membingungkan bukan sebuah kontradiksi, atau “premis”nya tidak sepenuhnya betul (atau, tidak dapat semuanya betul).

Masih bingung? Singkatnya saya melakukan banyak tindakan ekstrim dalam hidup. Seperti menjadi PNS. Bagi mereka yang telah bersama saya selama 5 tahun terakhir pasti akan mengernyitkan dahi tanda tidak percaya. Saya, yang memiliki jiwa yang bebas, memilih untuk masuk dan terikat pada negara. Di lain pihak, saya masih menjunjung semangat kebebasan. Masih menjadi kontributor musik, bergaul sana sini, yang semestinya sudah menjadi masa lalu.

Saya bisa menjadi bagian dari satu komunitas besar. Tertawa, serta menceritakan keseharian saya kepada semua orang. Semua orang merasa nyaman. Tapi ada kalanya saya bisa menjadi sebuah batu sendiri. Tidak akan bercerita ataupun hanya ingin sendiri.

Ada banyak pilihan yang saya telah saya buat. Semua hal saling bertentangan satu sama lain. Tapi saya merasa nyaman hidup di dalamnya. Sama seperti ketika kau tertawa dan mabuk disuatu malam dan kemudian bangun di subuh hari untuk melaksanakan sholat. Saya bisa melakukan itu semua, terlepas apakah hal itu terasa wajar atau tidak. Siapa yang menentukan batas kewajaran tersebut?

Disinilah saya. Memasuki fase berikutnya dalam hidup. Sepertinya memang April membawa banyak kejutan kali ini. Semoga semuanya akan baik-baik saja.

Coca Cola dan Musik : seperti inspirasi yang tidak pernah berhenti.

Coca Cola dan Musik : seperti inspirasi yang tidak pernah berhenti.

Rasanya kejadian itu masih seperti kemarin. Masih tersisa di pelupuk mata. Kecelakaan beruntun yang membuat tulang selangka saya patah dan menyebabkan tangan kiri mati rasa selama 3 bulan. Harus dibebat dan digendong kemana-mana. Rasanya masih kemarin, ketika semua harapan saya pikir telah hilang. Dengan harus bedrest selama 3 bulan lebih, akhirnya saya memutuskan resign dari kerja. Akan jadi apa hari-hari selanjutnya?

Dokumen Pribadi

Hari-hari panjang yang harus dilalui bersama lusinan obat yang masuk ke tubuh, serta ngilu yang datang pada tulang ketika salah bergerak membuat saya putus harapan. Sepertinya semua jalan keluar telah tertutup dan semuanya harus diawali dari awal lagi. Mungkin saya tidak akan pernah bisa bertahan, tanpa musik. Yang setiap saat menemaniku, memberi semangat dan memberi harapan.

Saya selalu terenyuh ketika mendengarkan Guy Sebastian menceritakan tentang Taller, Better, Stronger, atau mendapatkan harapan ketika Kelly Rowland menyanyikan You Will Win. Mendengarkan Mariah Carey yang menguatkan pada track Through The Rain, terutama ketika mendengarkan lagu D’ Masiv dengan Jangan Menyerah. Itulah lagu-lagu yang menemani pagi, siang, dan malam. Pada saat itulah semua emosi saya tertumpah. Ketika rasanya hidup menjadi sesuatu yang tidak berarti, saya perlahan bisa menguatkan diri.

Image by http://creativedisc.com

Saya beruntung bisa memaknai seluruh perjalanan hidup ini dengan musik. Saya termasuk orang-orang yang memiliki kadar kecanduan parah. Besar dalam era generasi MTV membuat saya cenderung mendengarkan musik mainstream. 2 tahun terakhirlah ketika saya akhirnya bisa menikmati suara Harry Connick Jr, Michael Bubble dan Melody Gardot. Musik juga lah yang membuat saya memberanikan diri untuk menjadi penyiar radio. Dari radio liar, radio anak muda, sampai dengan radio bersegmen dewasa sudah pernah saya rasakan.

Ketika orang-orang berbicara tentang Andy Williams, Patty Smith, sampai Justin Bieber saya bisa melahapnya dengan mudah. Karena itulah prinsip saya. Selalu ingin mendengarkan lagu baru untuk dijadikan soundtrack kehidupan. Supaya di keesokan hari ketika saya mendengar lagu tersebut terputar, saya bisa mengingatnya dari bagian kehidupan yang mana serta kenangan yang menyertainya.

Perasaan seperti itulah yang selalu datang ketika menyesap Coca-Cola. Pelan, pasti, dan juga selalu bisa menenangkan. Pernah mengalami sebuah hari yang sangat panas, dimana semua hal berjalan diluar rencana? Saya pernah, dan berulang kali. Inilah resiko bekerja di industri kreatif dimana adrenalin selalu dipacu. Ketika hal itu terjadi, maka suara Amy Winehouse yang menyanyikan You Know I’m No Good serta sekaleng Coca Cola dingin sudah pasti bisa membuatku cooling down kembali.

Coca Cola selalu memiliki inovasi yang tidak biasa. Itu yang selalu saya pelajari. Ketika semua musik di radio dan televisi dihantam oleh pop melayu di pertengahan tahun 2009, Ello, Ipank, Berry, dan Lala menawarkan “Buka Semangat Baru”. Sebuah tindakan yang tidak wajar. Bisakah pesan yang ingin dititipkan sampai kepada audiens? Tapi sesuatu yang berbeda dan positif pastilah akan selalu mendapat jalan. Entah sudah berapa banyak teman di jejaring sosial yang sudah menuliskan tentang semangat baru ini. Semua orang sudah tertular virus itu, termasuk saya.

Image by http://media-ide.bajingloncat.com

Ini bukan tentang sebuah branding, bukan tentang sebuah pencitraan yang dilakukan untuk menarik perhatian masyarakat. Tetapi tentang sebuah kesadaran bagaimana menginspirasi orang dan melakukan hal positif didalam hidupnya. Coca Cola tahu itu. Bahkan Hermawan Kertajaya dalam buku Marketing In Venus menegaskan bahwa ketika sebuah brand telah berhasil masuk didalam keseharian seseorang, maka tunggu saja sampai mereka akan menjadi orang-orang yang setia.

Seperti itulah musik bagi saya. Selalu membawa inspirasi dan semangat yang baru. Ketika Time Is Running Out pernah menjadi soundtrack saya ketika menyelesaikan skripsi, Just The Way You Are milik Bruno Mars yang menyertai saya jatuh cinta, pun ketika Won’t Go Home Without You dari Maroon 5 menjadi soundtrack saya ketika bertengkar bersama pasangan. Semuanya memiliki inspirasi dan ceritanya masing-masing.

Seperti cerita yang tidak pernah selesai, seperti itulah Coca Cola dan musik menemani perjalanan saya setiap hari. Selalu ada inspirasi baru, selalau ada harapan baru ketika menikmatinya. Karena bagaimanapun dunia adalah sebuah taman main yang besar dan kita membutuhkan musik untuk memaknainya.

Ibu.

Ibu.

Ada sejuta damai yang selalu kudapatkan ketika memandang wajah beliau. Kali ini, sejuta itu rasanya entah dikalikan berapa, barulah saya bisa menjabarkannya. Beliau yang duduk diberanda ruang tunggu seorang dokter. Sambil tak lupa memberi dukungan kepada seorang keluarga yang ditemaninya berobat. Di suatu senja yang basah di bulan Maret.

Begitulah beliau. Selalu ada untuk semua orang. Tak pernah beliau mengeluh ataupun mengatakan tidak bisa, ketika seseorang meminta tolong padanya. Pun dalam keadaan sakit pun beliau selalu memaksakan diri. Bahkan, kami, para anaknya sempat marah pada kebiasaannya ini. Karena bagaimanapun juga beliau harus beristirahat. Tapi sakit itu tidak dipedulikannya.

Image by http://ariprobandari.wordpress.com

Beliau adalah salah satu orang yang menghargai pendidikan. Satu yang selalu ditekankannya pada kami, bahwa bagaimanapun kami para anaknya harus mengecap pendidikan setinggi mungkin.

“Biar saja ibu tidak sekolah. Bodoh. Kalian harus lebih pintar dari Ibu”

Itulah perkataannya yang selalu membuat kami bersemangat. Kala pelajaran di sekolah membuat penat, atau ketika pilihan antara skripsi dan bekerja pernah menjadi suatu dilema yang sangat berat. Beliau mampu membantu kami memutuskan. Tanpa pernah memaksa. Semua keputusan dikembalikan kepada para anaknya. Dengan satu catatan, harus berani menerima semua konsekuensinya.

Ada banyak cerita tentang ibu yang tidak akan pernah bisa dilupakan. Pun ketika keluarga kami sedang berada di titik terendah, beliau sanggup menjadi tiang untuk menopang kami semua. Tidak jarang kami melihat dia mengeluh. Bahkan ketika sedang sakit hati pun, beliau selalu menyimpannya dalam hati. Supaya masalah tidak merembet kemana-mana. Cukup beliau saja yang terluka.

Ketika melihat ibu, petang itu. Ditengah hujan yang turun membasuh kota Makassar. Saya bersyukur. Lahir dari rahimnya, dan dipenuhi oleh berjuta kasih saying dari tangannya. Saya sayang dan bangga dengan Ibu. Sejuta doaku untuk kesehatanmu, selalu.