Browsed by
Tag: Ordinary Day

Dear M; apa bacaanmu saat ini?

Dear M; apa bacaanmu saat ini?

Halo M, kalau saya langsung bertanya, “How’s life” mungkin akan terasa sangat basi. Mengingat di perjumpaan terakhir, hampir dua jam kita menghabiskan cerita bersama pizza tuna melt kesenanganmu. Waktu itu tanpa salad, entah mengapa. Mungkin kamu bosan? Saya hanya berharap kamu tidak pernah bosan mendengar kabar dari saya, yang mungkin semakin jarang.

 

salah satu rak buku baru di bibliotek
salah satu rak buku baru di bibliotek

Akhir-akhir ini saya meluaskan genre bacaan. Beberapa orang selalu mengkritik bahwa buku pilihanku terlalu pop, terlalu metro (haha!), sebagai anak kekinian mana mungkin kita ketinggalan? Tapi perlahan rasa haus bacaan itu semakin menggila. Tempat yang serupa surga tapi harganya membuat kita jatuh miskin bukan hanya ACE Harware, tapi juga Kinokuniya dan Periplus.

Read More Read More

Satu hari di bulan September.

Satu hari di bulan September.

Berapa banyak cerita yang bisa terbilang dalam hitungan hari? Dari sekian hal baru yang dirasakan masih sedikit yang bisa menjadi tulisan. Belum lagi menghadapi suhu 14 derajat setiap hari, pulang kuliah rasanya hanya ingin bersembunyi di balik selimut sambil melanjutkan marathon The News Season 1.

XD
XD

Tapi dari sekian banyak hari di bulan September yang semakin mendekati abu-abu, kemarin titik inferior semakin menjadi. Saya membutuhkan seseorang yang akrab, familiar dan bisa memberikan tawa lepas. Yang paling pasti, rasanya senang bisa berbahasa Indonesia, dan bahasa Makassar, tentu saja. Tiap hari harus mengerahkan otak untuk mentranslasi bahasa Inggris membuat otak menjadi sedikit berasap.

Siang tadi saya bercerita banyak dengan seorang sahabat. Bagaimana rasanya kelimpungan menerima sekian materi kuliah dalam waktu singkat.

“Saya berada dimana ketika mata kuliah dasar Jurnalistik?” *dikeplak*

Read More Read More

Reality bites : galau sekolahan.

Reality bites : galau sekolahan.

Hai halo XD, galau itu dimana-mana emang tidak enak yah. (tiba-tiba datang dan curhat).

Setelah masa 6 bulan Pre-Departure Training yang dilalui dengan penuh perjuangan bersama The Class of Anarchy di dua tempat yang berbeda, sekarang persiapan sekolahnya memasuki fase yang baru, harap-harap cemas akan diterima dimana!

Rupanya banyak orang yang salah paham, berpikir bahwa setelah menerima program beasiswa saya hanya tinggal mengikuti training persiapan selama 6 bulan dan voila! Semuanya beres. Tinggal memilih kampus yang diinginkan. Meh! Maunya sih juga begitu tapi, ternyata realita selalu mengatakan lain XD.

Foto oleh Maria Sjödin
Foto Stockholm oleh Maria Sjödin

Saya masih ingat rasanya pontang-panting mendaftar universitas di bulan Januari (transkrip nilainya mana! Statement of purposenya mana! Grading nilainya mana!). Deadline beberapa universitas di Eropa adalah 15 dan 31 Januari. 3 universitas yang saya incar adalah Stockholm, Goethenburg dan Helsinki. Sebenarnya dulu saya memilih Helsinki sebagai prioritas, dengan major Global Media Communication, tapi gak mungkin berperang hanya dengan 1 pilihan. Jadilah tambahan 2 area di Swedia itu.

Masalahnya adalah.

Pengumumannya ternyata tidak bersamaan.

Read More Read More

Kepada M, tentang jejakjejak.

Kepada M, tentang jejakjejak.

Halo M, saya yakin kamu masih terlelap saat ini. Membalaskan sisi nocturnal yang kian membuas, yang hanya bisa dilampiaskan ketika hari libur tiba. Tahukah kau dimana saya berada sekarang? Menjadi bagian dari orang-orang yang berjalan, berpisah, mencoba mengejar pesawat di subuh hari.

Sebenarnya saya tidak pernah menyukai first flight, menghabiskan sebagian pikiran untuk tetap sadar, menyetel alarm, dan kemudian berpacu dalam lengangnya jalanan. Tetapi dibalik semua eskalasi ketegangan itu, yah tidak ada yang menyamai keadaan di ruang tunggu keberangkatan. Tentunya kau pun pernah berada di tempat ini. Aneh yah M, ketika kita bisa merasa rapuh dan kuat di saat yang bersamaan. Melepaskan kehilangan ataukah mencoba mencari mimpi yang terjejak di tempat lain.

Image by http://vi.zualise.us
Image by http://vi.zualise.us

Terakhir kau bercerita dan bertanya bagaimana tahun ini akan berjalan, dan resolusi apa yang akan kita ancang-ancang sebelum tahun baru tiba. Percakapan yang seolah menjadi basi ketika melihat kembali set-list do and don’t yang kita buat setahun sebelumnya. Ada yang terlaksana, ada yang harus dikompromi dan bahkan ada beberapa kebutuhan tambahan yang datang secara tiba-tiba.

Saya juga mencoba melacak kembali jejak-jejak itu M, jejak optimis dalam membuat rencana. Saya tidak ingin berkilah dalam frase, “toh Tuhan juga yang menentukan”, tapi bagaimanapun semua rencana itu merupakan akumulasi dari semua persiapan dan keinginan. Mungkin momentum terbesar saya tahun lalu adalah mendapatkan kesempatan untuk sekolah lagi. Kaupun sudah mengetahuinya M, bahwa ada alasan yang membuat saya harus berjalan sejauh itu. Untuk menemukan satu jawaban lagi. Bukankah hidup memang serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang terkadang terasa menjemukan?

Read More Read More