Komunitas Perajut Makassar; merajut dengan cinta.
“Pakai tusukan 2 – 2 – 1, setelah itu dilanjut dengan pola yang lain”
“Setelah pola ini, selanjutnya diapakan lagi?”
“Ini sudah gulungan yang kedua, syalnya sudah hampir jadi”
“Yah tergantung nanti mau fokus dimana, merajut atau knitting”
Bingung dengan beberapa potongan percakapan diatas? Sama. Awalnya saya juga sempat bingung ketika mendengar dan melihat proses merajut secara langsung. Ternyata konsepnya bisa mengalahkan pola dalam strategi sepak bola. Pun ketika harus cermat mengingat angka-angka hitungan yang dijadikan dasar rajutan, niscaya bisa mengalahkan keruwetan sudoku. Lantas apa yang saya lakukan ditengah-tengah kaum perajut ini? Tentu saja mencari jodoh! #eh
Umur komunitas ini masih seumur jagung. Virus merajut pun masih terus ditularkan kepada semua orang. Maklum saja, tidak semua orang familiar dengan konsep merajut. Apalagi kaum urban yang lebih familiar dengan mall. Padahal banyak kreativitas yang bisa tersalurkan disana. Diantara pola-pola yang harus dibuat, pilihan warna yang digunakan, sampai kesabaran dalam menyelesaikan satu rajutan. Bosankah mereka? …