MIB 3; kisah lanjutan yang membosankan.
Walaupun film Men In Black sudah ratusan kali ditayangkan di televisi nasional, rasanya tetap sulit menemukan faktor wah yang membuat kita menantikan kisah kelanjutan agen K dan agen J. Setelah 10 tahun berlalu, apakah duo ini masih bisa menarik perhatian?
Rentan waktu 10 tahun mungkin tidak disadari oleh Will Smith bahwa di bumi telah hadir alien bernama Lady GaGa ataupun Nicky Minaj. Sederetan alien dalam film ini haruslah tampil wow agar disadari sebagai salah satu film fiksi ilmiah. Terlepas cerita yang juga harus kuat tentu saja.
Ternyata ekspektasi saya terlalu tinggi. Saya sempat tertidur selama 106 menit durasi penayangannya. Sang sutradara, Barry Sonenfeld membuat saya mengantuk menyaksikan filmnya. Entah karena faktor bosan atau karena faktor malas. Mood saya turun selepas 30 menit pertama. Adegan awalnya seru, menampilkan penjara luar angkasa di bulan menampilkan tempat para penjahat antariksa paling kejam ditempatkan. Boris The Great (Jemaine Clement) berhasil lolos (dengan trik kue ulang tahun yang sangat picisan), dan berniat kembali ke bumi membalas dendam.
Rasanya film ini hanya berisikan sentimentalitas belaka. Peran Will Smith yang terasa sangat kuat di Hancock dan Seven Pounds terasa sangat datar. Bahkan beberapa percakapannya dengan agent K (Tommy Lee Jones) yang dulu dihiasi oleh banyak punch line yang lucu, kini terasa membosankan. Tema kembali ke masa lalu yang menjadi inti cerita tidak membantu banyak.
Pasalnya apa, tidak ada alur cerita yang menunjukkan darimana Boris tahu mengenai portal masa lalu, plus alur cerita inception yang terasa sedikit dipaksakan. Ketika kau kembali ke masa lalu dan membunuh seseorang, otomatis cerita hidupnya akan berubah dan tidak akan ada lagi masa depan bagi orang tersebut. Sebuah alur yang sangat mudah tertebak.
Yang menyelamatkan film ini mungkin hanyalah suasana tahun 60-an yang dibangun ulang dengan apik oleh tim sang sutradara. Mulai dari fashion sampai budaya pop sangat enak untuk dinikmati. Bahkan beberapa isu terdengar sangat lugas dilontarkan, termasuk joke masalah rasis yang sangat keras terjadi pada tahun tersebut. Tapi itu dia, tidak ada pemaknaan yang kuat seakan-akan kau bisa mencomot tahun berapa saja untuk dijadikan latar belakang cerita. Joke-joke slapstik pun terkesan hanya sekedar tempelan saja. Jadi apa yang terjadi pada tahun ini?
Peluncuran Apollo ke bulan! Well, okay. Kisah peluncuran roket ini menjadi salah satu poin utama mengapa Boris harus kembali ke masa lalu. Terkait dengan konsep apa yang terjadi di masa lalu akan berdampak ke masa depan. Sebuah pelindung bumi harus terpasang untuk menghindari serang makhluk luar angkasa. Yang menjadi pertanyaan lagi, kalau memang Apollo baru akan diluncurkan, lantas bagaimana dengan teknologi MIB yang dikisahkan sudah terjadi pada tahun itu? Jadi selama ini yang mana sebenarnya konspirasi?
Ah, terlepas dengan kisah drama yang terjadi (kita akan mengetahui beberapa emosi dan kisah dibalik agent K dan J) film ini tidak memberikan sesuatu yang spesial. Cenderung membosankan dan sangat datar. Mungkin setelah ini saya membutuhkan sinar neutralizernya untuk membuat saya lupa bahwa saya pernah menyaksikan film ini. Perjalanan agent K dan J cukup berhenti di MIB 2 saja.
3 thoughts on “MIB 3; kisah lanjutan yang membosankan.”
duh kak iqko, batu mau nonton filmnya jadi down duluan. *nyesel baca review yang ini* -_-
membosankan ya? tapi tetap penasaran sih 🙂
Bagi lu gak rame ya ??? Bagi gw sih rame….