Partikel; terbang bersama mimpi Zarah
Penantian selama 8 tahun berakhir sudah. Akhirnya setelah proses kontemplasi dan berkubang dalam Bat Cave (menurut istilah Dewi Lestari) akhirnya kita bisa berkenalan dengan Zarah. Salah satu tokoh dalam epos Supernova. Setelah kita tertawa dengan rutinitas kehidupan Elektra, serta mengikuti sisi religius Bodhi, kemanakah Zarah akan membawa kita dengan ceritanya?
Ayah tidak banyak berjanji dalam hidupnya. Aku tahu, ia pasti akan menepati kata-katanya. ~ Zarah (Halaman 51)
Hubungan ayah dan anak menjadi kisah sentral dalam partikel. Sebuah isu yang menjadi sangat emosional bagi saya. Bagaimana hubungan Firas dan Zarah kemudian bersatu dalam keseharian desa Batu Luhur. Terobsesi dengan penelitiannya tentang Fungi, Firas kemudian terkesan tidak perhatian terhadap keluarganya. Apalagi ketika dia mengenal Bukit Jambul. Kepada Zarah lah semua informasi itu diteruskan. Zarah bahkan tidak sekolah!
Persoalan keluarga, drama paling sederhana tapi paling banyak menguras emosi. Sepanjang 500 halaman kita akan mengikuti perjalanan Zarah tentang pencarian. Sebenarnya rasa damai itu berada dimana? Bagaimanakah hubungannya dengan Ibu, dan juga Hara, sang adik? Apakah bentuk fisik kemudian menjadi pencarian terakhir? Apakah memang ada dunia dan eksistensi lain? Pertanyaan inilah yang kemudian berusaha dijawab oleh Zarah ketika suatu saat ayahnya menghilang tanpa bekas dari muka bumi.
Banyak tempo waktu yang dimainkan dalam Partikel ini. Serupa Akar dan Petir, kita akan ikut melalui tahun-tahun penting ketika Zarah menjalani hidupnya sendiri. Pada saat yang bersamaan kita sadar bahwa Elektra dan Bodhi juga sedang mengalami karma masing-masing. Zarah sendiri menemukan eksistensinya dalam bentuk makhluk berambut orange yang menggemaskan. Dengan Orang Utanlah Zarah bisa berbaur dan menelisik bagaimana perasaannya kembali.
Fase hidup Zarah di Tanjung Puting, sebuah konservasi alam untuk mengobservasi Orang Utan membuat kita turut membelalakkan mata. Banyak realitas yang terjadi tentang pembalakan hutan, perburuan Orang Utan, sampai masalah lainnya yang kita tidak ketahui. Inilah keistimewaan Dewi Lestari. Mencoba menyisipkan hal-hal yang kadar urgensinya sangat besar dalam satu kemasan yang masih berbau budaya pop. Mana mungkin orang akan membaca jurnal ilmiah tentang kehidupan hutan? Tapi percayalah, Partikel menyediakan itu semua.
Semua penjelasan ilmiah ini kemudian berlanjut tentang penuturan Dewi Lestari mengenai anuki, shaman dan realitas tentang crop circle. Sebenarnya ini novel atau National Geographic? Membaca beberapa potongan novel ini akan menyisakan dampak seolah kita sedang menyimak History Channel. Bagaimana Zarah kemudian mengalami sebuah masa disorientasi ketika harus menjejaki perjalanan sang ayah dengan penelitian tentang Fungi. Semua itu bermula dari London, Inggris Raya.
Tunggu, apakah sejauh itu perjalanan Zarah? Kita akan berkenalan dengan banyak tokoh yang hadir dalam keseharian Zarah. Tidak banyak, tapi semuanya memiliki kesan yang mendalam. Seorang sosok yang sangat familiar dan terasa akrab. Di Tanjung Puting kita akan menyimak bagaimana interaksinya bersama Ibu Inga, “ratu rimba” di tengah konservasi, sampai dengan Paul dan Zack, yang menjadi saudaranya ketika menyadari bakat Zarah dalam fotografi. Merekalah yang membawa dunia Zarah menjelajahi Inggris sampai belantara Afrika.
Saya hanya sedikit terganggu dengan kisah percintaan klise Zarah dan Storm. Bukannya sinis, cukuplah cinta platonik itu dimiliki Elektra dan Mpret, atau cukuplah cinta tragis itu ada di Rana dan Ferre. Tapi ketika cinta segitiga antara Zarah, Storm, dan Zoko, menjadi sebuah punch line yang dibuat sedikit dipaksakan. Tapi tetap harus ada. Hahahaha, karena kalau tidak ada adegan ini bagaimana kita tahun cara Zarah ke Afrika? Atau bagaimana sebenarnya perasaannya dengan Paul? Ups.
“Zarah adalah anak istimewa. Dia punya bakat fotografi, dia punya kedekatan alami dengan hutan, dengan alam” ~ Ibu Inga (Hal. 256)
Hutan dan alam adalah titik berat Dewi Lestari. Seperti pepatah lama, apa yang ditanam itu yang akan disemai. Bagaimana hubungan alam dan manusia harusnya berjalan seimbang. Hal ini jugalah yang mengantarkan pencarian Zarah dan pengalaman spiritualnya di Bukit Jambul sampai pengalamannya dengan Iboga yang menghentikan pelariannya sejenak.
Apa itu Iboga? Dewi Lestari berhasil memerangkapku lagi. Melalui penjelasan ilmiahnya, dia menjelaskan pada bagian akhir Partikel. Bagaimana kemudian Zarah menghentikan pelariannya dan pulang ke Indonesia. Bertemu Hara, bertemu Ibu dan keluarga barunya. Bagian akhir ini merupakan bagian puncak dari keseluruhan kisah Zarah. Bagaimana dia berucap bahwa dulu dia mencari Firas sambil berlari. Sekarang dia akan tenang, hanya mencari.
4 thoughts on “Partikel; terbang bersama mimpi Zarah”
Menurut saya justru eksistensi UFO terlalu dipaksakan di buku ini karena bagi sebagian orang masih berada di ranah sci-fi. Coba kalau ditiadakan dan lebih terfokus pada shaman dan pengalaman transenden, pastinya lebih mengguncang.
other than that, fenomenal seperti biasanya seri Supernova. Semoga yang berikutnya gak perlu menunggu 8 tahun lagi.
Baiklah, ditunggu kunjungannya di blog saya ya kakaak *dilempar mamabun* =))
Zarah jago fotografer?, wah hebat,
permisi numpang koment kakak ya…
belum baca bukunya keseluruhan sih, jadi ngak bisa berkomentar banyak,
smoga nanti bisa baca.
tabe’
salam
sedikit mengganggu emang kisah cinta zarah,storm dan koso..terlalu ringan,seperti cuma pemanis..dan seperti bukan dee yang nulis andai ga mbaca keseluruhan cerita..tapi selain itu buku ini emang yang layak ditunggu..
terkesan telat baru nanya skrg, krn saya baru selesai baca partikel hari ini. mohon bantuannya, kira2 ada gak blog yg membahas ttg surat dari supernova di bab Jurnal Terkahir? saya agak kurang ngerti :”(