Kisah tentang Indah Dewi Pertiwi dan Penghargaan Platinum
“Album perdananya berjudul Hipnotis berhasil meraih penghargaan platinum.”
Mengapa hal ini menjadi menarik? Saya teringat dengan beberapa bulan yang lalu ketika berita ini tidak sengaja di retweet oleh seorang music director sebuah radio di Surabaya. Dia hanya berkomentar,
“Wajar saja kalau dapat platinum, wong semuanya dibeli oleh KFC”
Lantas, apakah memang trik ini memang salah? Mengingat lesunya pasar yang menjual album fisik baik berupa kaset maupun CD. Saat ini sudah semakin sedikit orang-orang yang mengunjungi toko CD untuk membeli album favoritnya. Bahkan Aquarius yang terkenal pun, menutup beberapa retailnya di beberapa kota. Termasuk juga perusahaan M-Studio yang dulunya bermain di sektor yang sama.
Selepas dari dunia radio, saat ini tidak pernah lagi saya mendengar berita mengenai album Artis Indonesia yang meraih platinum. Syarat seorang artis meraih platinum sendiri, apabila dia mampu menjual sebanyak 75 ribu kopi. Apakah saat ini angka tersebut masih menjadi angka yang sanggup dicapai? Beberapa tahun yang lalu mungkin saja jumlah minimal ini masih mudah diperoleh. Bahkan album Bintang di Surga milik kelompok Peterpan mendapat julukan multi platinum album.
Agak miris sebenarnya ketika berbicara tentang industri musik di Indonesia. Tentu saja hal ini tidak lepas dari masalah pembajakan dimana-mana. Mulai dari lapak yang bertebaran dari pasar kaki lima hingga emperan mall besar, sampai pada semakin banyak situs di internet yang menyediakan musik gratis. Cukup dengan 3 langkah mudah, kita sudah bisa menikmati album baru dari seorang penyanyi. Cukup dengan browsing, saving, dan voila! Semudah itu.
Nah, apakah semua artis harus masuk di Music Factory KFC sehingga bisa meraih platinum?
Tidak, saya tidak bersikap sinis. Cuma miris dan kagum disaat yang bersamaan. Bagaimana konsep marketing yang diterapkan bisa diibaratkan sekali dayung banyak pulau bisa terlampaui. Karena penjualan produknya dapat, albumnya juga lancer jaya. Walaupun belum tentu sasaran album tersebut mengenai pasar yang pas. Saya masih ingat ekpresi seorang Bapak yang memegang dan melihat sampul album IDP. Ini mau diapain? “Dilempar saja pak!” Karena kalau tidak bisa mengelak, maka jebakan Beli CD dapat gratisan ini itu ini itu dan lain sebagainya bisa didapatkan. Memangnya mau nongkrong di KFC tiap hari?
Terlepas dari konsep marketing yang cerdas, rasanya konsep beli-ayam-gratis-CD ini menjadi suatu hal yang menarik di industri musik Indonesia. Survival for the fittest. Siapa yang bisa masuk ke dalam pasar, akan bisa bertahan. Pertanyaannya kemudian, sah kah platinum yang didapatkan oleh IDP dan (mungkin) Agnes Monica?
3 thoughts on “Kisah tentang Indah Dewi Pertiwi dan Penghargaan Platinum”
kalo nama baru, CD nya dijual di outlet fried chicken sih sah-sah aja.. tapi artis yang Go International, albumnya dipaketin ama ‘ayam’ rasanya aneh yah..
turun derajat
hahaha
itu albumnya UMAY dapat platinum juga tidak? :p
saya kira konsep beli-ayam-gratis-CD bukan faktor satu2nya yang menyebabkan IDP dapat Platinum, faktor kualitas (vokal dan hits) mungkin saja cukup mempengaruhi
setuju mas welly, ada apa dengan agnes??/kenapa doi yg katanya mau go international tapi kok marketing penjualan albumnya gak sesuai dengan pencitraan dirinya yang kelas Internasional??? Toh album2 agnes sebelumnya kan selalu laris di pasaran, kenapa dy takut??