Browsed by
Tag: Makassar

Menjajal Kuliner Kantor Pos Besar

Menjajal Kuliner Kantor Pos Besar

Jalan Pattimura, Jalan Balaikota selalu disebut sebagai wilayah kota lama. Mengapa? Saya sendiri menduga karena posisi jalan ini dipenuhi oleh berbagai instansi pemerintahan yang dulunya menjadi pusat kota. Sebut saja kantor walikota dan berbagai dinas lainnya. Belum lagi wilayah pelabuhan, pecinan, taman kota, sampai pusat perbelanjaan emas dan oleh-oleh di jalan Sombaopu.

Satu bangunan yang kemudian menjadi ikonik adalah Kantor Pos Besar. Sebagai salah satu bangunan “penanda” lokasi di daerah ini, beberapa wisata kuliner lekat dengan embel-embel “kantor pos besar”. Apa saja yang bisa dinikmati?

Ada cumi-cumi juga yang bisa dibakar!

Terletak di depan Kantor Pos Besar, depan taman macan, berdiri warung makan yang bisa sangat menggoda iman kala jam makan siang tiba. Bersyukurlah mereka yang berkantor di area ini, karena pilihan makanan yang sangat beragam. Mulai dari warung ikan bakar sampai soto banjar yang sangat terkenal.

Read More Read More

Geliat baru Komunitas Sketcher Makassar

Geliat baru Komunitas Sketcher Makassar

Niat menghabiskan minggu sore dengan nongkrong di Benteng Rotterdam bersama para perajut ternyata mengenalkan saya kepada satu komunitas lain. Mereka yang memainkan pensil dan pulpen membuat garis dan arsiran. Menangkap momen yang ada dan menuangkannya dalam bentuk sketsa.

Sore itu saya berkenalan dengan Anggi. Perempuan bertubuh mungil dan berambut sebahu. Dia menjelaskan bahwa komunitas sketcher ini bergeliat lagi setelah beberapa saat vakum. Sebetulnya menggambar sketsa telah masuk di Makassar sejak tahun 2009. Tapi karena kesibukan sang ketua terdahulu, komunitas ini sempat terhenti berkumpul dan sharing. Kini di tangan Anggi dan beberapa orang, mereka ingin mengenalkan lagi sketsa kepada masyarakat Makassar.

Sesi foto bersama

Apakah sulit untuk menggambar sketsa? IYA! Beberapa orang mungkin akan mengiyakan juga pertanyaan tersebut. Maklum saja, pengalaman menggambar saya termasuk kelas cetek. Terpatron dalam ingatan pola yang paling sering digambar adalah : pemandangan dengan dua gunung, matahari di tengah-tengah, jalan yang semakin membesar entah dari tengah atau ujung gunung, serta barisan sawah yang menghijau. Selebihnya? Tidak ada yang bisa dibanggakan.

Read More Read More

Tulus; potensi besar yang masih tersembunyi

Tulus; potensi besar yang masih tersembunyi

Diantara barisan serapah yang disebabkan oleh makin menjamurnya boyband dan girlband yang tidak jelas, dosa mereka sedikit terampuni. Musik jazzy yang sangat merdu segera menyergap telinga saya ketika pertama kali mendengarnya. Tuan dan Nona Kesepian resmi menasbihkan saya sebagai orang yang sangat menikmati musik Tulus.

Nona jatuh cinta pada tuan
Tuan menunggu yang lain
Nona tak peduli walau Tuan
tak pernah peduli sekitarnya

Nama lengkapnya Muhammad Tulus. Menamakan jenis musik yang dibawakannya adalah eclektik pop yang kental dengan nuansa Jazz. Sebuah genre yang tidak akrab dengan pasar musik Indonesia. Tapi percayalah bahwa musik yang ditawarkan Tulus bisa menemani untuk semua aktivitas dan semua suasana. Terutama dalam keadaan galau maksimal.

Image by http://jazzuality.com

Album debutnya yang berjudul sama seperti namanya dibuka dengan “Merdu Untukmu”. Track ini seakan menjadi penyapa yang terdengar sangat bersahabat untuk telinga. Membuat kita menjadi semakin penasaran, sebagus apakah suaranya? Ternyata efek domino itu terus berlanjut. Tidak hanya satu, tetapi semua lagu di dalam album ini memiliki maknanya sendiri. Ada yang tahu dengan kata Diorama?

Read More Read More

Komunitas Perajut Makassar; merajut dengan cinta.

Komunitas Perajut Makassar; merajut dengan cinta.

“Pakai tusukan 2 – 2 – 1, setelah itu dilanjut dengan pola yang lain”

“Setelah pola ini, selanjutnya diapakan lagi?”

“Ini sudah gulungan yang kedua, syalnya sudah hampir jadi”

“Yah tergantung nanti mau fokus dimana, merajut atau knitting”

Bingung dengan beberapa potongan percakapan diatas? Sama. Awalnya saya juga sempat bingung ketika mendengar dan melihat proses merajut secara langsung. Ternyata konsepnya bisa mengalahkan pola dalam strategi sepak bola. Pun ketika harus cermat mengingat angka-angka hitungan yang dijadikan dasar rajutan, niscaya bisa mengalahkan keruwetan sudoku. Lantas apa yang saya lakukan ditengah-tengah kaum perajut ini? Tentu saja mencari jodoh! #eh

Sesi foto bersama

Umur komunitas ini masih seumur jagung. Virus merajut pun masih terus ditularkan kepada semua orang. Maklum saja, tidak semua orang familiar dengan konsep merajut. Apalagi kaum urban yang lebih familiar dengan mall. Padahal banyak kreativitas yang bisa tersalurkan disana. Diantara pola-pola yang harus dibuat, pilihan warna yang digunakan, sampai kesabaran dalam menyelesaikan satu rajutan. Bosankah mereka?

Read More Read More