Album Review : Jason Chen ~ Never For Nothing
Ketika orang menyangka tidak ada yang bisa mengalahkan formula anti-move on dari track The Man Who Can’t Be Moved, maka silahkan dengar album dari penyanyi Taiwan kelahiran Amerika, Jason Chen. Dosis galaunya rasanya sudah sangat keterlaluan. Tapi kenapa saya mendengarkannya juga? Ya menurut ngana? Galau itu default, jendral!
Seperti terlihat klise, tetapi memang rasanya album ini didedikasikan untuk mereka yang memang masih mempunyai sisa-sisa perasaan dan menjadikan kenangan sebagai asupan untuk hidup. Oke sip. Dengan beat-beat RnB yang easy listening, kita akan mendengarkan cerita Jason Chen untuk move-on (Still in Love, Time Machine) sampai tentang persoalan masih-oke-kok-berteman-dengan-mantan, walaupun rasanya tetap menyakitkan (Invisible, Losing My Head).
Iqko! Kamu memang masokis!
Tidak seperti karir artis jebolan Youtube yang lain, syukurlah Jason Chen menemui jalannya untuk memulai karir secara professional. Di kanal Youtube kita masih bisa menemukan lagu-lagunya yang terbaru. Dia juga sudah merilis 4 buah album dan mendapat tempat khusus di tanah Mandarin.
Selain memiliki alur cerita yang terlihat jelas di album Never For Nothing, vokal Jason Chen sangat layak dinikmati. Walaupun tidak sangat disarankan mendengarkan albumnya terus-menerus (I Hate Sorry, Never For Nothing). Dia mengajarkan bahwa malam-malam gelap akan terlalui juga dan bagaimana merapikan semua kenangan untuk melangkah lagi. Dengarkan suara piano yang mendominasi di setiap lagu! Menjadikan album ini bisa dinikmati kapan dan dimana saja.
[soundcloud url=”https://api.soundcloud.com/tracks/89378164″ params=”auto_play=false&hide_related=false&visual=true” width=”100%” height=”100″ iframe=”true” /]
Untuk sebuah album yang terasa sangat personal, Jason Chen mampu menghadirkan sosoknya sebagai seorang pencerita yang baik. Jadi, siapa yang belum bisa move-on? *eh
I wanted to move on
But unlike you, I’m not that strong
(Jason Chen – Still In Love)