Semangkuk bakso dan cerita tentang Ade Namnung
Cerita kali ini tentang hujan di mulai dari semangkuk bakso panas. Selepas dari percetakan, saya niatnya ingin langsung pulang saja. Belum makan malam dan sudah hampir jam 8 pula. Ternyata nasib berkata lain. Badai hujan beserta angin tiba-tiba datang. Kesimpulannya, kalau saya berkeras pulang, hanya kuyup yang saya dapat. Walaupun sudah menggunakan mantel dan jaket. Pasti tetap basah.
Syukurnya di depan percetakan, terdapatlah sebuah (bahasanya) gerobak bakso lengkap dengan daengnya (ya iyalah!). Masih hujan badai, jadinya mending makan bakso saja dulu. Jadilah seporsi bakso panas terhidang dengan sambal yang pedas dan bawang goreng yang melimpah. :9
Sesampainya di suapan ke-5, tiba-tiba ada suara menyela acara makan bakso saya,
“berat kamu berapa dek?”
Jleb yang pertama.