Browsed by
Tag: Paris

Simpul pertama : Mencari cinta di Paris.

Simpul pertama : Mencari cinta di Paris.

“Apa menurutmu cinta harus diverbalkan? Rasanya saya hanya ingin tertawa melihat orang-orang naif yang memasang gembok di Pont Des Arts”

Ponts Des Arts
Ponts Des Arts

Pernyataan tersebut hanyalah satu dari sekian banyak lontaran pedas Laura di tengah perbincangan kami mengenai kota Paris. Laura adalah seorang pejalan dari Jerman. Inilah enaknya menginap di hostel yang memiliki common room. Kita tidak tahu akan bertemu dengan siapa atau akan membahas apa. Dari perbincangan basa-basi mengenai rute menjelajahi Paris, kami akhirnya bertemu pada titik Pont Des Arts atau yang biasa disebut dengan nama Jembatan Cinta.

Read More Read More

Berjalan sendiri.

Berjalan sendiri.

The more the merrier, atau istilah kerennya gak ada lo, gak rame! Apa benar setiap perjalanan harus disertai teman-teman? Ada kalanya kita harus memberikan ruang kepada diri sendiri untuk berbincang atau sekadar bertanya, hakikat apa yang kau cari dalam setiap perjalananmu?

radioholicz-berjalan-sendiri1

Lantas mengapa saya harus melakukan perjalanan sendiri lagi? Bukannya di Stockholm saya juga menjalani seluruh keseharian secara mandiri? Bertemu dengan ratusan orang asing setiap hari. Tentu saja hitungan hari yang saya lalui di Stockholm tidak harus masuk hitungan bertualang atau berjalan sendiri.

Read More Read More

Paris, tidak hanya tentang penanda kota. (2)

Paris, tidak hanya tentang penanda kota. (2)

Kasus Charlie Hebdo membuat masyarakat Paris menjadi sangat sensitif dengan isu agama. Saya harus berhati-hati untuk menanyakan arah. Setelah sempat nyasar beberapa kali dan mendapat bantuan dari orang lokal, akhirnya saya beruntung mengunjungi rumah Allah. Rasanya lega bisa menundukkan wajah dan menyeka lelah dengan air wudhu. Semoga setiap perjalanan selalu dimudahkan untuk keesokan harinya. Saya mempunyai satu cerita istimewa tentang mesjid ini, tapi biarlah disimpan untuk konsumsi pribadi. Tidaklah rugi untuk meluangkan waktu mencari lokasi mesjid karena arsitektur dan suasana damai yang menyertainya sangatlah meneduhkan.

Salah satu sudut mesjid :')
Salah satu sudut mesjid :’)

Berjalan di area selatan yang tidak terlalu hip membuat saya akhirnya merasakan bagaimana keseharian masyarakat Paris pada umumnya. Melihat cara mereka berpakaian, menikmati sore, atau mengikuti keseharian mereka menunggu metro.

Salah satu keuntungan untuk menjelajahi area selatan adalah kita bisa menemukan banyak makanan halal dan murah! Mau diapakan lagi kalau kebab menjadi pilihan utama. Sepertinya wilayah selatan identik dengan komunitas muslim atau warga Turki dan Maroko. Salah satu gedung yang patut dikunjungi adalah Arab Du Monde. Selain melihat perpustakaan yang berisikan sejarah Timur Tengah, kita bisa naik sampai lantai teratas untuk menikmati pemandangan kota Paris.

Read More Read More

Paris, tidak hanya tentang penanda kota.

Paris, tidak hanya tentang penanda kota.

Menjejakkan kaki di Paris diisi penuh dengan segudang rencana. Berbekal contekan catatan dari Time, Timeout dan Guardian, rasanya masih bingung dengan banyaknya tempat yang ingin didatangi hanya dalam 3 hari. Praktis saya membuat kategorisasi berdasarkan wilayah, serta prioritas tempat yang hendak dikunjungi. Syaratnya adalah ikon kota, gratis, dan mudah diakses.

Menara Eiffel
Menara Eiffel

Tidaklah terlalu mengejutkan ketika melihat Menara Eiffel atau Arc De Triomphe masuk dalam list utama. Bukankah ini yang menjadi bukti otentik bahwa saya (dan jutaan orang lainnya) pernah ke Paris? Rasanya masih seperti mimpi ketika saya tiba di hostel dan bisa melihat pucuk menara Eiffel dari kejauhan. Ikon yang dulunya hanya dilihat melalui kartu pos atau kotak kecil permainan monopoli kini berada di depan mata.

Sayangnya, saya hanyalah korban kesekian dari perasaan ingin eksis dan menunjukkan bahwa saya pernah ke Paris.
Dibalik semua penanda kota tersebut, saya melupakan satu hal yang paling mendasar.

Read More Read More