Browsed by
Tag: Ordinary Day

Kelebihan MSG, berbahayakah?

Kelebihan MSG, berbahayakah?

Ketika dulu masa KKN selama 2 bulan, saya termasuk orang yang sangat menderita mengenai masalah makanan. Sebenarnya saya bisa mengkonsumsi apa saja, dari makanan setengah matang, sampai lalapan sekalipun. Ketika urusan dapur diambil alih oleh teman cewek, belakangan baru saya tahu bahwa termasuk cewek garis keras. Tidak pernah menggunakan vetsin dalam memasak. Mampus!

Apa yang terjadi kemudian?

Read More Read More

Kenyataan

Kenyataan

Terkadang ada beberapa hal yang ingin kau simpan sebagai khayalan. Karena tidak semuanya indah ketika menapak dunia nyata.

Malam jumat bulan pertama,
Ketika kenyataan tidak seperti yang diharapkan.

Fragmen 1 babak di sebuah kedai donat waralaba

Fragmen 1 babak di sebuah kedai donat waralaba

Pelan-pelan perempuan itu menjentikkan abu di ujung puntung rokoknya. Sesekali tertawa lepas memamerkan senyum indah. Tidak salah memang, wajahnya masih sangat rupawan. Dengan seorang anak perempuan yang asyik memainkan handphone di genggamannya, perempuan itu tetap terlihat rupawan. Saya menebak umurnya sekitar 35 tahun. Sebuah usia yang matang. Sebaya dengan para pria yang menemaninya berbincang.

Dari cara mereka berbincang, saya bisa menebak bahwa ini adalah sebuah reuni. Mengulang cerita masa lalu, sambil sesekali menyesap kopi yang telah mereka pesan. Beberapa piring donat pun sudah tandas. Menyisakan beberapa tisu bekas yang terletak di atas piring. Ada nuansa keakraban disana. Sebuah topik tentang investasi dalam bentuk emas sempat tertangkap. Sepertinya seseorang dari mereka adalah seorang pemain investasi. Sejenak perhatian tertuju kepadanya, termasuk sang perempuan dengan sorot matanya yang ingin tahu lebih banyak.

Tidak jauh dari mereka, tampak dua orang lelaki yang sedang asyik dengan dunianya sendiri. 2 gelas tinggi minuman juga sudah terhidang didepan mereka. Tetapi aksesorisnya tidak hanya sampai disitu saja. Sebuah koran terbitan terbaru dan sebuah communicator terletak di tangan masing-masing lelaki itu. Entah apa yang ada di dalam kepala mereka. Duduk berdampingan, dengan dunia yang saling menjauh satu sama lain.

Tawa lepas perempuan itu menyita perhatian saya kembali. Tidak hanya itu saja. Kedua lelaki itu pun, sempat menoleh dari depan communicator serta koran yang dibacanya. Sang anak telah beraksi. Dengan lihainya dia mengambil gambar sang perempuan beserta teman laki-lakinya. Semua orang tertawa. Semua orang memuji sang anak. Bahwa dia mungkin telah memiliki bakat menjadi seorang fotografer dari awal.

Tetapi bukan hanya saya dan kedua lelaki itu saja yang menoleh melihat tingkah sang anak. Sepasang mata pun mencuri perhatian. Mereka yang nada bicaranya sedikit meninggi, seketika tersenyum. Entah apa yang membuat sepasang manusia ini bertengkar. Tetapi sebuah tempat yoghurt dan sebuah donat tiramisu telah menjadi saksi mereka. Menjadi telinga dari apa yang mereka pertengkarkan. Saya pun hanya mendapat porsi terakhir drama mereka saja. Atau mungkin saya tidak perlu tahu. Bisa saja nasib saya akan sama dengan seporsi yoghurt atau sepotong donat itu. Mengetahui sebuah rahasia tapi kemudian menghilang selamanya.

Pelan, kuturunkan volume lagu yang terputar ditelingaku. Sambil melihat bahwa seorang anak berbaju merah telah kembali ke depan kasir kedai donat waralaba ini. Dia tadi juga tiba-tiba berada disampingku. Sekarang dia mencoba orang yang berbeda. Setelah saya tidak mampu menarik perhatiannya. Taktiknya tetap sama. Berdiri di depan kasir sambil menodongkan sebuah buku zikir untuk dibeli. Ada apa dengan hal ini? Seorang anak dengan sandal crocs abal-abal, bercelana jins, dan dengan potongan rambut semacam anak band, kemudian menodong beberapa rupiah dari pengunjung kedai. Apa yang salah sebenarnya?

Setelah sesi foto bersama, akhirnya kumpulan itu membubarkan diri. Setelah sejanak cipika cipiki, semuanya saling mengucapkan selamat tinggal. Sambil menitip pesan untuk saling berkomunikasi. Sepasang remaja disampingku pun tampaknya masih betah berbincang tentang masa depan hubungan mereka. Kedua lelaki itu masih asyik dengan dunianya sendiri. Pelan saya membereskan semua barang saya, sambil memperhatikan bahwa sang anak telah pergi dari depan kasir. Saatnya pulang.

Minggu Ke 4

Minggu Ke 4

Niat untuk hidup lebih baik sudah ada entah dari tahun berapa. Tentu saja hidup lebih baik ini dilihat dari perspektif yang berbeda. Saya bukan pecinta olahraga. Dari jaman sekolah, inilah mata pelajaran yang paling saya benci. Dampaknya pun menjalar sampai sekarang. Ditengah gaya hidup urban, nongkrong sana sini, makan junk food, begadang, dan itu semua tanpa olahraga? Alamat mati muda.

Saya sendiri lebih tertampar ketika melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh di salah satu rumah sakit. Dari 7 dokter yang memeriksa, ada 2 yang terang-terangan berkata,

“Hati-hati dek dengan bobot tubuhmu. Kamu masih muda, nanti bisa rentan dengan banyak penyakit. Terutama jantung dan gula”.

Dulu, perkataan ini bisa saja saya sanggah. Bisa saya sangkal. Tahu apa dokter itu? Saya dulu biasanya menggunakan tameng faktor genetik atau “sudah dari sononya” untuk menangkis vonis ini. sekarang, rasanya sudah tidak masuk akal lagi. Toh ini demi kebaikan saya sendiri.

Jadi disinilah saya sekarang. Bersama salah satu resolusi teranyar untuk tahun 2011 ini. Minggu ini program latihan saya sudah masuk minggu ke 4. Dan dampaknya? Alhamdulillah sudah turun beberapa angka. Kalau nilai awalnya? JANGAN TANYA!

Tahun lalu sebenarnya saya sudah resmi menjadi atlet renang. Dengan latihan 4 kali seminggu. Perasaan sayapun terasa lebih enak. Tapi, yaaa, namanya niat yang setengah-setengah. Selalu saja ada alasan untuk tidak pergi renang. Mulai dari ajakan nongkrong lah, mau nonton lah, ataupun alasan pekerjaan. Semuanya saling terkait satu sama lain. Padahal alasan utamanya sih malas.

Sebenarnya hal menurunkan bobot tubuh dan hidup sehat ini menjadi sederhana saja. Bagaimana mengatur pola makan dan membakar kalori. Sebuah perhitungan dasar yang anak SD pun tahu. Cuma karena memang dari dulunya sudah malas bergerak, jadi yaaa, olahraga menjadi hal terakhir yang mau saya lakukan untuk meghabiskan hari.

Dulu bobot tubuh saya cenderung stabil karena masih banyak jalan kesana kemari. Jarak dari rumah ke halte untuk mengambil pete-pete kampus berjarak 1 kilometer. Belum lagi kalau kuliah harus ke gedung ini, ke akademik, fakultas, dan seabrek kegiatan lainnya. Jalan kaki menjadi olahraga tetap. Lah sekarang? 12 jam di depan computer, praktis yang bergerak dan menjadi otot hanya jari-jari saja.

Jadi saya memutuskan semuanya harus berubah. Sarapan dan makan malam berubah. Seorang teman menyarankan roti gandum. Ini berhasil. Sekerat roti mampu bertahan sampai siang. Intinya hanya mengurangi karbohidrat. Malam hari pun, hanya mencicip sedikit saja nasi. Selebihnya diperbanyak di sayur dan kalau lapar makan roti itu lagi.

Porsi olahraga pun bertambah. Setiap hari lari selama 30 – 45 menit. Lari pagi, sorenya nge gym, sambil latihan angkat beban. Hahahaha. Terdengar sangat bernafsu? Mumpung semangat terus ada dan mau mencoba. Profesi atlet renang pun dimulai kembali. Rabu dan sabtu sore. Jadi porsi latihannya setiap hari lari 2 kilo, sit up 50 kali, dan banyak menu lainnya.

2 minggu pertama menjadi minggu yang paling berat. Lari pagi berarti keluar rumah stengah 6 kurang, pada saat semua orang masih tidur. Tidak bisa nongkrong di bawah jam 6 lagi, karena saya sudah memplot waktu sore sekarang untuk exercise. Sudah tidak bisa diganggu gugat. Belum lagi tanggapan orang kalau makan, dikurangi sedikit saja, semuanya sudah pada komentar. “Alah gak usah diet, bla bla bla”. Yeah. Keep talking people!

Minggu ini sudah minggu ke empat. Masih panjang hari yang akan terjalani, masih banyak target yang harus tercapai. Tapi satu yang pasti, sekarang tiada hari tanpa olahraga!

Image Credit to Sphinxed