Browsed by
Tag: Ordinary Day

Barangkali.

Barangkali.

radioholicz-barangkali

1.

Barangkali aku jadi gelas yang hangat, kopi yang diminum tergesa-gesa, atau sendok yang bunyinya mengganggu sunyi. Jika dia tidak suka kopi karena alasan tertentu, aku jadi kemalasan yang menahannya di tempat tidur atau cahaya dari jendela yang memaksanya membuka mata. Aku ingin jadi sesuatu yang dia sentuh pada pagi hari.

2.

Barangkali lebih baik dia tidak tahu apa-apa tentang aku. Dia semata sering melihatku melintas di depan rumahnya atau duduk membaca di warung kopi kesukaannya. Aku udara yang menyesakka dadanya ketika terhimpit penumpang lain di angkutan umum. Aku sesuatu yang belum memiliki nama. Aku ingin diam-diam mencintainya seperti benda kecil yang sengaja menjatuhkan diri dan berharap tidak pernah ditemukan.

3.

Barangkali lebih baik aku tidak bisa bicara. Aku tidak ingin menggunakan kebodohanku memilih kata melukai keindahannya. Aku tidak ingin bahasa kehilangan kuasa di hadapan tatapan matanya. Cintaku kepadanya melampaui jangkauan kata. Aku cuma mampu mengecupkannya dengan mata.

4.

Barangkali, pada akhirnya, dia adalah kota yang tidak berhenti dilalap api. Dari kejauhan, aku adalah laut lau yang menenggelamkan diri.

Makassar, 2014

*seseorang mengirimkan barisan puisi ini melalui akun instagram aan mansyur. seketika mengingatkan bahwa mungkin barangkali kami adalah pejalan yang saling melihat dari jauh. bergegas menyisipkan setiap baris doa dan sekeping ingatan di setiap langkah.

*selamat ulang tahun, aan mansyur!

Dari kandang paksa ke kancah nasional.

Dari kandang paksa ke kancah nasional.

Menulis membantu saya mengingat detail kejadian. Sedang dimana dan bersama siapa. Entah salah apa ikan mas koki sehingga disamakan dengan mereka yang sumbu ingatannya selalu pendek. Tapi terkadang isi kepala yang begitu random dan kompleks membuat semua hal harus dikeluarkan segera.

mereka yang menjadi keluarga :')
mereka yang menjadi keluarga :’)

Kalau tidak, ya gila.

Saya sudah lupa kapan pertama kali saya berinteraksi dengan komunitas Anging Mammiri. Rasanya sewaktu kafe baca Biblioholic berada di rumah besar. Beberapa kali meeting AM dilaksanakan disana, dan saya masih sok cool. Dengan pura-pura jual mahal tapi penasaran juga. Siapa sih mereka ini?

Read More Read More

29.

29.

“Apakah kamu lebih bahagia di masa ini atau di masa lalu?”

Tiba-tiba pertanyaan itu terlontar dari Hanna, ditengah perbincangan random tentang letak geografis negara-negara Eropa Timur, dominasi penguin kaisar yang bisa mengancam peradaban manusia, sampai ekosistem hutan di Swedia.

Saya dan David seketika memilih jawaban kami masing-masing. Tentu saja dengan perspektif dan pengalaman masing-masing. Ketika saya dan Hanna serempak menjawab kami lebih bahagia saat ini, David justru mengatakan dia lebih bahagia ketika berumur 16 tahun.

Alasannya? Dia bisa mabuk sampai puas dan tidak memikirkan apa-apa.

Oh my.

Saat ini dia lebih insecure memikirkan akan bekerja apa setelah kuliah, memikirkan tentang komitmen hidup dan semacamnya. Ah, masa muda yang menegangkan. Sedangkan saya? Tentu saja insecure itu sudah lama saya jalani. Bertahun proses yang telah terlalui menjadi sebuah fase tersendiri.

[soundcloud url=”https://api.soundcloud.com/tracks/32908716″ params=”color=ff5500&auto_play=false&hide_related=false&show_comments=true&show_user=true&show_reposts=false” width=”100%” height=”166″ iframe=”true” /]

Now I’m just chasing time,
With a thousand dreams I’m holding heavy,
And as we cross the line these fading beats have all been severed.

Saya insecure? Haha! Ketika berada di rentang usia David, mungkin saya juga memiliki perasaan yang sama. Kekhawatiran mengenai apa yang akan ditawarkan oleh dunia kerja.

Saya kemudian menyimak penjelasan Hanna, bahwa saat ini dia lebih mudah untuk mengendalikan emosinya. Mengetahui apa yang bisa membantunya untuk bahagia, apa yang harus dihindari untuk tidak membuatnya merasa tidak nyaman. Sambil memperhatikan gestur tangan dan tatapan matanya, saya berusaha menebak apa yang telah dilalui sampai dia bisa berada di tahap ini?

Saya sendiri, apa yang telah saya jalani? Banyak.

Sebagian hal telah diceritakan di blog ini, sedangkan sebagian lagi masih berupa tarian liar dan ingatan yang terus membekas di ingatan. Seketika potongan percakapan malam itu terulang kembali di dalam ingatan setelah saya menyaksikan film The Girl Who Leapt Through Time. Tokoh utama anime tersebut bernama Makoto, yang secara tidak sengaja mampu kembali ke beberapa jam yang lalu bahkan ke beberapa hari yang lalu. Ketika ada peristiwa yang menurutnya tidak menyenangkan, maka dia akan kembali ke jam semula untuk menghindari hal tersebut.

Sampai ketika dia menyadari bahwa konsekuensi lompatan waktu tersebut tentu saja akan berdampak pada banyak fragmen cerita yang kemudian berjalan berbeda. Kenapa saya tiba-tiba mengingat percakapan random seminggu lalu setelah menyaksikan film ini?

Karena ada pertanyaan Hanna yang sangat menohok dan sesuai apa yang dialami Makoto.

“Seandainya bisa kembali ke masa lalu, apakah kamu akan mengambil kesempatan itu?”

Pertanyaan filosofis yang sederhana tapi berarti banyak. David dengan mudah berkata iya, bahwa dia akan kembali ke usia 16. Dimana dia akan menikmati masa muda dan bersenang-senang sepuasanya. Hanna sudah menjelaskan jawabannya secara implisit bahwa dia tidak akan melihat lagi semua cerita masa lalu dan hanya akan melihat kedepan. Sedangkan saya? Tentu saja saya pernah bercerita mengenai beberapa titik persimpangan yang harus membuat saya memilih. Apa yang terjadi ketika saya mengambil opsi B? Apa yang akan terjadi ketika saya memilih masuk jurusan elektro daripada komunikasi?

Saya hanya bersyukur bisa merasakan pertambahan usia di negeri orang. Jauh dari teman, jauh dari zona nyaman. Semua pertanyaan pengandaian itu sudah saya kubur dalam-dalam. Bagaimana saya bisa bertemu kalian jikalau saya menempuh jalan lain?

Yang pasti saya bahagia di titik ini dengan semua pilihan yang saya ambil.

Selamat datang, 29 😀

Old Nacka Walk Trip.

Old Nacka Walk Trip.

Hej! Selamat Hari Raya Idul Adha 1435 H! Lebaran kali ini tentu saja sangat berkesan karena lebaran pertama jauh dari rumah. Rutinitas mengantar ke pasar, membagi daging kurban, dan berkumpul bersama keluarga terpaksa ditunda dulu. Get some, lose some 😀

autumn memories
autumn memories
rumah pertanian ala Stockholm
rumah pertanian ala Stockholm

Setelah shalat Ied bersama keluarga Muslim Swedia, saya memutuskan untuk ikut dalam walking trip. Kali ini menjelajahi wilayah Nacka, termasuk jelajah hutan, mendaki bukit dan berjalan sejauh 7 km.

Read More Read More