Browsed by
Tag: Musik

Ketika algoritma Spotify lebih mengenalmu dari dirimu sendiri. Mengejutkan?

Ketika algoritma Spotify lebih mengenalmu dari dirimu sendiri. Mengejutkan?

Rasanya menakjubkan dan sekaligus menakutkan ketika beberapa hal bisa menjadi media penyimpan yang sangat baik. Sebut saja media fisik seperti keping CD atau kaset untuk diputar berulang kali. Ataukah beberapa hal yang tertaut dalam bau, suara, rasa, ataukah indra lainnya.

Beberapa penelitian telah menjabarkan bagaimana bau bisa memicu beberapa ingatan yang telah terkunci lama. Bagian otak yang bernama Thalamus kemudian memproses sensasi bau tersebut dan mengirimkan sinyal kepada otak, termasuk bagian hippocampus dan amygdala, yang mengelola seluruh emosi. Wow, terima kasih kepada artikel Curiosity yang menjelaskannya secara gamblang. Itulah sebabnya wangi hujan, aroma makanan ibu, pengharum ruangan toilet menjadi media pas untuk berbagai cerita.

Awal Desember tahun lalu saya berkunjung kembali ke asrama Pejompongan dan menginap selama 3 hari. Rasanya menakjubkan bagaimana semua ingatan 2013 kembali menyeruak hanya karena bau kamar yang apak. Ingatan mengenai perjuangan belajar bahasa Inggris sampai tengah malam, evakuasi ketika banjir tahunan melanda Jakarta, sampai desah yang hadir pada beberapa malam tertentu. Sesungguhnya saya adalah penimbun ingatan yang buruk karena dia menempel pada berbagai media sesuka hatinya. Sehingga terkadang beberapa luapan ingatan itu tidak saya harapkan sama sekali.

Read More Read More

Monday Jazz Round-up

Monday Jazz Round-up

Hari yang panjang, presentasi yang berantakan, materi final tinggal seminggu lagi. Bagaimana cara menutup hari? Tentu saja dengan suguhan musik jazz yang memikat.

Fasching Entrance
Fasching Entrance

Senin adalah hari yang panjang. Begitu pula senin yang lalu. Dengan 4 mata kuliah, serentak di hari yang sama. Setelah kelas selesai, saya bersama Maddy dan Anni-Amelia berencana untuk mengitari bagian selatan kota. Tidak sengaja saya mendengar mereka bercerita tentang masjid dan kawasan muslim di kota, saya kemudian bertanya dan minta sekalian diantar. 😀

Read More Read More

Maybe Tomorrow

Maybe Tomorrow

MaybeTomorrow

I look around at a beautiful life
For been the upper side of down
Been the inside of out
But we breathe

So maybe tomorrow
I’ll find my way home.

(Stereophonics ~ Maybe Tomorrow)

just when you realized, there’s something must be ended.

Mereview dengan hati. (2)

Mereview dengan hati. (2)

Tulisan ini awalnya untuk sebuah kelas menulis bersama yang meminta saya sedikit bercerita bagaimana menulis review musik. Ditambah lagi pertanyaan di milis blogger Makassar Anging Mammiri, bagaimana cara menulis yang baik. Tulisan pertama bisa dilihat disini.

***

Inilah yang menjadi batasan awal. Kita senangnya mereview musik seperti apa? Genrenya apa? Pop mainstream kah, Hip Hop, Jazz, atau Rock. Keterbiasaan mendengarkan musik kesukaan akan memudahkan kita untuk mencerna lapisan demi lapisan suatu lagu. Instrumen yang digunakan, sampai apakah suatu lagu menggunakan suara 2, suara 3, sampai barisan choir pada barisan vokal.

Awalnya review musik akan berjalan lancar kalau semuanya karena rasa suka. Alasan profesional? Yah berarti harus meluangkan waktu untuk mendengarkan lebih banyak lagi jenis musik.

Dalam setiap rilisan baru biasanya seorang artis akan menampilkan sesuatu yang baru. Coba tengok bagaimana album terdahulu seorang artis. Metode perbandingan ini bisa dimunculkan ketika menyimak “warna” baru pada setiap rilisan. Sama seperti musik Linkin Park yang menampilkan sound elektronik yang sangat kental pada album A Thousand Sun (2010), tapi di album Living Things (2012) soundnya kembali pada era awal kemunculan musik mereka. Hal ini bisa menjadi dasar review. Mengapa mereka merubah jenis musiknya? Evolusi apa yang mereka capai? Apa ekspektasi penggemar mereka? Bagaimana proses kreatifnya?

Read More Read More