Browsed by
Tag: Guratan

(berasa) Seleb dan Silaturahmi yang terputus

(berasa) Seleb dan Silaturahmi yang terputus

Ada satu yang pasti ketika masa lebaran tiba. Reuni! Entah mulai reuni teman SMP, SMA, Kuliah, sampai reuni sahabat yang telah tertukar kota. Semuanya dijalani layaknya seorang artis tenar ibukota. Sibuk menyesuaikan jadwal dan tanggal. Semuanya senang. Sampai pada satu statement keluar,

“Ah kamu sombong sekarang”

Hah? Sombong dari Hongkong?

Read More Read More

Sederhana saja

Sederhana saja

Bagaimana mimpi pelan-pelan membaur menjadi satu kesatuan yang utuh. Kemarin seorang teman mengajarkan sesuatu lagi kepadaku secara tidak langsung. Apa yang kau cari di umur pertengahan 20 an? Sebuah fase mencari kemapanan dan kenyamanan tentu saja. Apa yang terlewatkan? Satu hal, fokus!

Semalam saya hampir terkapar, stamina saya menurun. Itulah kelemahan manusia. Justru pada saat kondisi sakit, atau ritme hidupnya berkurang atau bahkan cenderung melambat, akhirnya saya bisa mencerna dan memikirkan semuanya lagi. Saya drop karena apa? Karena terlalu banyak aktivitas. Terlalu banyak mingle, terlalu banyak mengurusi ini itu. Sampai pada satu titik pertanyaan, sudahkah hidupmu kau urusi?

Read More Read More

How deep is your love?

How deep is your love?

2 minggu terakhir entah bagaimana saya bisa menggambakannya. Sebuah minggu yang porak-poranda dan penuh dengan adrenalin. Saya tidak menyangka bisa mendapatkan adrenalin itu secepat ini lagi. Dimana saya berjuang mati-matian untuk melawannya. Tapi apa yang bisa kau lakukan ketika memang hatimu sedang jatuh cinta?

Image by http://circle--of--fire.deviantart.com/

“kita berada di perahu yang sama, tetapi memakai sepatu yang berbeda. Saya adalah Adidas dan dia adalah Louboutins”

Seperti itulah gambarannya. Sebuah cerita yang bisa tertebak dengan mudah. Tentang hati yang lagi-lagi dijadikan tempat sampah. Seperti pelajaran terdahulu yang selalu berulang. Tentang menaruh hati pada orang yang salah. Lantas, siapa yang harus menyesal dikemudian hari?

“Seringkali kita harus jatuh cinta pada orang yang salah, sebelum bertemu dengan orang yang tepat”

Saya berusaha menyakini ucapan itu. Bahkan dengan sikap skeptis dan apatis yang saya buat sebagai perlindungan, ya, saya merasa sepi itu semakin menguat. Lantas, ketika saya mengatakan ingin melanjutkan hidup dulu, berusaha memperbaiki diri sambil berusaha mendewasa. Kenapa dia harus datang menawarkan sesuatu yang salah?

Bersamanya, seperti menautkan jemari kanan ke kiri. Semuanya terasa pas. Ketika tidak seorang pun mampu memaknai Adele, Duffy, dan Amy Winehouse, dengan sebagaimana mestinya. Dia datang dan membawa pengalaman yang sama. Seolah bertemu dengan kembaran dari dunia yang sama. Bagaimana terkadang kami tersesat dalam pemaknaan sebuah lagu. Bagaimana melihat proses semiotika dalam video klip terbaru milik Rihanna, ataukah memang Lady GaGa diciptakan untuk menjadi penyelamat bagi mereka yang teralineasi.

Kami membahas itu semua. Diantara celotehan yang terus mengalir, saya berusaha masuk ke dunianya. Menyelami caranya berpikir. Mengetahui bagaimana cara dia mengambil keputusan. Tapi sepertinya begitulah posisi saya. Hanya sebagai teman yang enak diajak berbagi. Tidak lebih. Walaupun saya tahu, tetapi butuh lama untuk menyadari kenyataan ini. Apa yang lebih menyenangkan selain tenggelam dalam lumpur pembohongan terhadap diri sendiri?

Setidaknya saya tahu sekarang. Bahwa memang kami seperti cerita yang tidak berjarak. Seperti sebuah kereta yang hanya akan berjalan berdampingan tanpa pernah akan bersinggungan. Karena dia telah memiliki dunianya sendiri dan saya juga memiliki dunia saya sendiri. Dua dunia yang tidak bisa dipersatukan. Dan ketika ketertarikan akan Duffy saja yang berusaha dijadikan pelekat. Maka itupun akan menjadi sesuatu yang rapuh dan tidak akan bertahan lama.

Saya masih perkataan seorang teman diselasar sebuah rumah sakit. Ini adalah kebiasaan buruk sekaligus menjadi kebaikan saya yang utama. Terlalu cepat jatuh hati kepada orang lain dan selalu ingin berbagi dengan orang lain. Walaupun orang tersebut belum tentu baik atau memiliki niatan yang sama. Dan akhirnya saya yang selalu terluka diakhir cerita.

Berarti sampai disini petualangan hati ini lagi. Setidaknya saya mencoba untuk mengetahui apakah memang dia adalah the right one. Dalam kasus ini dia belum, dan saya masih harus jatuh cinta pada orang yang salah lagi. Saatnya menata hati lagi. Sambil melanjutkan hidup. Bahwa masih ada hari esok untuk dinikmati dan menemukan cinta lagi.

And you may not think that I care for you
Well you know down inside that I really do
And it’s me you need to show
How deep is your love?

The Bird And The Bee – How Deep Is Your Love

Pergi

Pergi

Entah mengapa sesak itu datang lagi.
Pada saat saya ingin memulai semuanya dari awal.
Membuang semua kenangan dan mulai melangkah kedepan.

Dia, yang datang menawarkan sesuatu.
Tapi entah apa,
Bahkan saya pun tidak mampu menjawabnya.

Karena hati ini telah terlalu terluka.
Sehingga tidak bisa membedakan.
Saat ini apakah harus pergi ataukah tetap tinggal.

Aku rindu dengannya.