Ketika sahabat selingkuh didepanmu.

Ketika sahabat selingkuh didepanmu.

Selera humor Tuhan memang aneh. Terkadang dia menghadapkan kita kepada beberapa keadaan yang membuat kita merasa ambigu. Ingin tertawa sekaligus merasa pedih disaat yang bersamaan. Itulah yang membuat saya terkadang berpikir, saya ini sebagai subjek lelucon atau objek leluconNya?

Love Me or Leave Me

Saya, yang selalu merasa skeptis dan apatis terhadap sesuatu yang bernama hubungan selalu diperhadapkan pada masalah yang sama. Dari semua kemungkinan probabilitas yang bisa terjadi didalam sebuah hubungan, kenapa harus saya yang selalu menjadi saksi mata atau penengah bagi mereka yang sedang bermasalah dalam hubungan?

Sabtu yang lalu pikiran saya terperangah mendengar penjelasan dari seorang sahabat. Dia yang menelponku di sabtu malam dan bercerita tentang sahabat lainnya yang tidak mengganggap dia pacarnya. Ya, mereka berpasangan, dan saya menganggap mereka semua adalah sahabat yang bisa dipercaya. Katanya, sudah beberapa kali dia menelpon nomor sang pacar dan ternyata seorang wanita lain yang mengangkat. Sebuah alasan klise? Itu hanya teman. Tapi apa benar begitu?

Saya hanya bisa menenangkannya. Memberinya janji manis bahwa mungkin memang dia itu sedang dalam tugas dan rekannya yang terpaksa mengangkat telponnya. Tapi berkali-kali? Saya juga tidak bisa mengambil kesimpulan. Toh saya tidak mengerti keadaan sebenarnya. Cuma saya yakin satu hal, memang sahabat saya itu menyembunyikan sesuatu. Terakhir kali kami bertemu, dia hanya bercerita masalah pekerjaan. Tidak ada lagi cerita panjang lebar tentang hubungannya. Entah dia tidak mau atau memang dia tidak berminat. Sayapun tidak memaksanya.

Sampai pada sore ini. Saya melihatnya di bioskop. Berdua. Tapi bukan dengan sahabat saya, melainkan dengan wanita lain. Hari ini memang dia off bekerja. Pun biasanya dia mengirimkan pesan kepada saya untuk ketemuan atau bercerita. Tapi sepertinya tradisi itu sudah berakhir. Dia sudah memiliki kegiatan yang lain. Ketika saya bertanya, dia nonton sama siapa. Dia hanya menjawab sendiri. Sialnya dia, tak lama kemudian sesosok wanita dengan rambut tergerai menghampiri dan menghujaninya dengan sejuta senyuman. Nonton berdua dan hanya berteman?

Oh, memangnya kita bersahabat sejak kapan? Kemarin sore?

Apa yang akan kalian lakukan? Apa yang saya lakukan kalau berada diposisi ini? Apakah memberi tahu sahabat bahwa memang pasangannya telah mendua? Mengingat betapa galau ketika dia menelponku sabtu malam yang lalu. Apakah saya akan memberinya nasihat bahwa selingkuh itu tidak baik? Tapi siapa saya? Apa hak saya untuk memberitahunya? Bukankah itu adalah hak pribadinya dia?

Begitulah saya, selalu berada diposisi yang sulit. Menjadi dilema tersendiri. Kejadian ini bukan pertama kali saya alami. Beberapa waktu yang lalu saya pernah mengalami ini juga. Ketika itu, saya menjadi tokoh jahat atau tokoh penyelamat. Karena membeberkan kisah dengan fragmen yang sama. Ketika itu saya merasa bertanggung jawab. Kali ini pun saya merasa terpanggil. Tapi siapakah saya?

Tuhan selalu pandai menunjukkan caraNya kepada saya. Bagaimana melihat dan menjalani sebuah hubungan. Ketika mereka sendiri yang menjalaninya bisa berbuat salah, lah bagaimana dengan saya yang sudah bertekad untuk tidak terlalu larut dalam menjalin hubungan? Mereka selalu lari kepada saya. Menganggap bahu saya cukup lebar untuk dijadikan penopang dan telinga yang sabar untuk mendengarkan cerita mereka semua. Tanpa sadar, saya menjadi lebih sinis dan skeptis dalam melihat sebuah hubungan.

Kita lihat saja bagaimana keesokan hari. Toh kalau sang sahabat tidak mau bercerita tentang siapa wanita yang menemaninya nonton, bagaimana sebenarnya hubungannya dengan sahabat yang satu lagi, dan apa yang sebenarnya dia cari dalam bentuk hubungan ini. Kalau memang dia tidak datang, berarti lepas sudah peran saya sebagai temannya. Sebagai pengingat. Berarti saya harus membiarkannya mengambil keputusan dan menjalani konsekuensinya sendiri. Karena bagaimanapun, itu bukan hidup saya.

Kepada U*** : Hey, saya menghormati semua keputusanmu. Tapi setidaknya pikirkan akan ada orang lain yang terluka
Kepada V* : Maaf, batas saya hanya sampai disini. Semoga semuanya akan baik-baik saja.

Image Suported by Miss Deathwish

7 thoughts on “Ketika sahabat selingkuh didepanmu.

  1. Errrr..
    ini memang jadi dilema, berada pada posisi yang tidak mengenakkan.
    sama kayak istilah seorang CPM yang pernah saya dengar :

    mau ditangkak, temanG
    tidak ditangkak, kewajibanG..

    🙂

  2. yah mau gimana lagi. meski ‘geregetan’, memang sebaiknya tidak ikut campur lagi sih. 🙁 mungkin akan lain ceritanya kalau si sahabat sudah terbuka dari awal.

  3. “Tapi setidaknya pikirkan akan ada orang lain yang terluka”
    >> suka kalimat ini!!! terkadang banyak (termasuk saya) yang tidak berpikir bahwa ada yang terluka dari keputusan yang di ambil

  4. selingkuh.. putus..jadian .. nyambung..
    Life is a journey, saat ini putus besok bisa nyambung, begitupun sebaliknya

    Tetap bersemangat jalani hidup nikmati ‘perjalanan’ nya 🙂

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.