Welcoming 26.

Welcoming 26.

Sebenarnya apa arti usia itu? Sebuah bilangan yang menunjukkan angka yang semakin besar dan membesar. Apa yang telah saya lakukan selama 26 tahun saya hidup?

Selamat Ulang Tahun Tuan Beruang

Ketika semua orang melewati kepingan waktu dengan membawa kontemplasi yang melekat, saya sedikit kehilangan arah. Ketika terjebak dengan rutinitas ataukah memang ingin melupakan, saya terkadang melupakan esensi,

“untuk apa saya hidup?”

Pertanyaan ini tidak serta merta timbul. Dari perbincangan bersama seorang sahabat, dia bertanya sederhana, “apakah kamu bahagia dengan hidup kamu yang sekarang?”

Dulu kepada mereka yang bertanya, “bagaimana hidup menyapamu sekarang?” saya mempunyai jawaban yang pasti seragam. Hidup tidak pernah lebih baik dari ini. Kurang apa lagi? Pekerjaan ada. Setidaknya saya lebih beruntung dengan beberapa orang yang tidak memiliki sandaran finansial. Teman, saya punya banyak teman dan sahabat yang bisa diajak berbagi. Asmara, inilah persimpangan terbesar yang terus dan terus membenani setiap hari. Sebenarnya saya mau kemana, tetap berada di sisi ini, ataukah sekalian menyebrang di kuadran sana.

Lantas bagaimana dengan Tuhan? Saya terkadang mengingatNya, tetapi lebih banyak melupakanNya. Mengapa justru cobaan yang paling berat itu justru datang dalam bentuk segala kenyamanan? Ketika susah dengan mudah saya mengingat Tuhan, tetapi ketika sedang nongkrong atau sedang bernyanyi, begitu susahnya saya memanjatkan doa kepadaNya walaupun hanya 5 menit saja. Maafkan hambaMu ini ya Rabb.

Ketika melihat postingan Ema 2 tahun yang silam, satu statement di paling akhir tulisannya adalah menanyakan bagaimana keadaan kami 2 tahun mendatang. Di tahun ini. Di posisi yang ini. Semuanya berubah. Ada kelahiran, kematian, kepergian, kedatangan, dan kelahiran. Hidupku sudah banyak bergeser dari titik itu. Lantas, apa yang saya harapkan sekarang?

Tentu saja target yang harus saya terapkan. Menjadi prioritas untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Bukankah berjanji kepada diri sendiri adalah janji yang paling berat? Ketika konsisten menjadi satu ukuran yang sangat sulit dicapai. Tidak perlu menjadi lebih baik, cukup konsisten dengan apa yang dijalani sekarang. Bahkan itupun masih sangat sulit.

26 bukan angka yang sedikit lagi. Tanggung jawab yang saya emban terhadap diri sendiri semakin besar pula. Bagaimana saya menghormati dan memperlakukan diri sendiri? Ternyata saya masih sering kalah. Niat untuk hidup lebih sehat dan lebih baik sering kalah oleh acara nongkrong sana sini. Saya yang selalu berkoar-koar untuk memburu beasiswa dan mulai belajar lagi terkadang masih kedodoran. Fokus dengan kerjaan pun masih sering kelupaan. Karena main sana sini. Padahal semua orang berubah. Menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Mudah-mudahan tahun ini bisa memperbaiki diri dan menjadi seseorang yang berarti bagi sekitar.

Ada banyak mimpi yang pelan saya ucapkan dan gariskan beberapa tahun yang akan datang. Niat untuk membuat satu rumah baca kecil untuk anak-anak di sekitar rumah, perlahan menjadi ide untuk membuat coffee + book shop. Entah kapan mimpi ini akan terealisasi.

Beasiswa untuk ke luar negeri. Entah ada apa dengan mimpi yang ini. Terkadang saya mengatakan terlalu muluk-muluk, tetapi saya menguatkan hati. Di niatkan saja dulu. Nanti pasti aka nada caranya. Sekarang perbaiki grammar, perbanyak vocabulary dan banyak membaca karya yang berbahasa inggris lagi.

Keluarga. Saya bersyukur rumah menjadi sebuah tempat yang semakin menyenangkan. Beberapa tahun yang lalu mungkin saya tidak bisa menikmati ngobrol rame-rame bersama keluarga di ruang tengah. Bahkan di hari ulang tahunku, sebuah kecupan dan ucapan selamat pertama datang dari ibu. Sebuah tangan yang tidak hentinya memberikan kasih saying berlimpah. Semoga saya bisa membalas semua kasih sayang itu suatu hari nanti.

Sebenarnya defenisi bahagaia itu seperti apa? Apakah melihat ibu tersenyum dan ayah yang tidak lagi memikirkanku karena saya telah mengurus hidupku sendiri. Apakah ketika saya bersama dengan teman-teman nongkrong atau menjelajah suatu tempat baru. Ataukah bahagia itu ketika saya mendapatkan pacar baru?
Satu hal yang pasti, kita tidak bisa memaksakan ukuran kebahagiaan orang lain di dalam ukuran hidup kita. Seperti sepatu yang tidak aka pernah pas, bisa saja dengan uang 1000 saya bahagia, tetapi menurut orang lain itu masih kurang. Kemabalilah bertanya kepada hatimu, apa yang membuatmu bahagia? Hal-hal kecil nan sederhana saja.

26 bukan angka yang sedikit. Tetapi pelan dan pasti saya akan mengisi setiap pertambahan angka itu untuk menjadi seorang yang lebih baik lagi. Amin.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.