5 hal yang paling dirindukan dari suasana Ramadhan di Indonesia.

5 hal yang paling dirindukan dari suasana Ramadhan di Indonesia.

Foto pisang ijo sampai reuni angkatan hanyalah 2 hal yang paling saya rindukan kala berpuasa di Stockholm. Siapa yang bisa menolak irisan pisang yang berpadu dengan aroma pandan, saus santan dan sirup DHT yang fenomenal itu? Saya hanya bisa mengurut dada dari belahan dunia yang sangat jauh dari Makassar.

radioholicz-ramadhan--1

Melewati pertengahan Ramadhan banyak perasaan yang bercampur aduk dalam dada. Makna Ramadhan tahun ini adalah tentang sebuah perjuangan ketika diri sendiri yang benar-benar yang bisa diandalkan. Tidak ada nyanyian kelompok ibu-ibu pengajian selepas adzan maghrib di televisi, pun tidak ada semrawut kota ketika jam 5 sore tiba. Hal-hal kecil seperti itulah yang membuat saya sangat rindu dengan suasana bulan puasa di Indonesia.

Beberapa hal yang paling dirasakan berbeda kala berpuasa di Stockholm dapat dirangkum dalam list ala-kadarnya versi tuan beruang.

5. Nuansa Ramadhan

Indonesia memiliki ritmenya sendiri kala Ramadhan datang. Beberapa joke berkata kalau salah satu merek sirup sudah menayangkan iklannya di televisi, maka sesaat lagi seluruh umat muslim merayakan satu fase yang terbawa dari ujung timur sampai ujung barat. Media turut serta membangun budaya aroma Ramadhan ini. Dari acara khusus sebagai teman bersantap sahur, sinetron religi, ataupun tafsir misbah bersama Dr. Quraish Shihab.

Beberapa teman kelas menanyakan seperti apa suasana Ramadhan di Indonesia, atau di Makassar pada khususnya? Saya menjawabnya yah rasanya seperti perayaan libur ketika mereka merayakan libur natal dan pergantian tahun. Rasa kekeluargaan, kebersamaan, arti rumah menjadi begitu besar.

Salah satu hal penting ketika Ramadhan tiba adalah melihat kembali manusia dari perspektif agama. Sudah sebaik apa kita menjalani hidup? Selama di Stockholm, suasana tersebut bisa saya rasakan ketika berbelanja di area Skarholmen yang memang terkenal sebagai kantung imigran Turki dan Maroko atau ketika shalat di Mesjid Raya Stockolm yang terletak di Medborgplatsen.

Selebihnya yah terasa seperti negara yang merayakan musim panas. Terlebih lagi Stockholm terpapar musim dingin lebih lama, maka setiap detik sinar matahari harus dirayakan sedemikian rupa. Tenant-tenant makanan, ice cream, cafe yang memasang tenda bertebaran dimana-mana. Kadang saya harus menahan diri untuk tidak berjalan dan mengambil foto, karena dengan sinar matahari sedikit saja, wajah Stockholm tampak kelihatan berbeda.

4. Jajanan Pasar

Pasar kaget, pasar tumpah, bazaar Ramadhan, atau apapun namanya, selalu layak dikunjungi ketika orang-orang sudah kehabisan ide ingin berbuka puasa dengan hidangan apa (atau bersama siapa). Biasanya mace yang membuat hidangan buka puasa di rumah. Tetapi selama di Jakarta, Pasar Benhil lah yang menjadi juaranya. Aneka jajanan pasar dan gorengan yang tiap hari tidak pernah kelihatan seolah menjadi primadona selama sebulan penuh.

Makassar tentu saja tidak ketinggalan dengan jajanan di sepanjang jalan Mappanyukki, atau gedung IMMIM sampai di pasar daya. Bikandoang, Jalangkote, Panada, Putu, ataukah Es teler hadir sebagai kunci utama penarik perhatian.
Jajanan pasar di Stockholm yah palingan berupa kebab. Hahaha, itupun sebagian besar sudah tutup karena jam berbuka puasa adalah jam 10 malam. Jadilah menu keseharian biasanya hanya apel+pisang yang dicampur yoghurt. Sekali waktu karena hasrat ingin memakan jalangkote sudah tidak bisa terbendung lagi, saya memutuskan untuk membuatnya sendiri. Yang membuat saya shock adalah 40 biji jalangkote membutuhkan 3 jam waktu pengerjaannya. :/

3. Reunian dan kumpul keluarga

Seberapa banyak undangan reunian yang sudah kamu terima? Beberapa reunian terasa menyenangkan dan mungkin beberapa membuat malas. Ramadhan selalu menjadi waktu yang tepat untuk bersilaturahim dengan teman yang entah apa kabarnya. Walaupun rasanya sebal ketika undangan berbuka puasa bertepatan di hari yang sama (biasanya akhir pekan). Tetapi ada kebahagiaan tersendiri ketika melihat wajah-wajah familiar dan sekedar mengingat beberapa cerita lalu.

Bagi saya Ramadhan adalah waktu untuk menikmati ritme rumah. Berbelanja ke pasar ikan bersama Mace, berdiskusi mengenai hidangan berbuka puasa, ataukah pergi shalat teraweh bersama-sama. Mungkin karena jam kantor yang selesai lebih cepat, selama Ramadhan saya lebih senang menghabiskan sore di rumah. Berkumpul dan bercerita apa saja.

2. Bakti Sosial.

Kegiatan 2 tahun lalu.
Kegiatan 2 tahun lalu.

Khusus kepada tim jomblo hore di kantor PKP2A II LAN. Terima kasih karena mengajak saya bergabung sejak tahun pertama bekerja. Bagaimanapun ada bagian dari setiap rezeki yang harus diberikan kepada mereka yang berhak. Supaya gajinya juga menjadi berkah :’)

1. Pisang Ijo dan Mie Anto

Apakah naif ketika meletakkan Pisang Ijo sebagai juara selama Ramadhan? Bagaimana dengan ibadah? Biarlah ibadah menjadi urusan personal seseorang. Suasana shalat teraweh juga sangat berkesan dengan riuh rendah suara anak-anak yang terdengar dari dalam ataupun halaman mesjid. Saya tidak merindukan macet yang terkadang sangat menguji batas kesabaran seseorang.

Tapi pisang ijo? Entah sudah berapa kali hati saya patah melihat postingan sajian ini. Mulai dari versi buatan rumah sendiri, ataukah sajian beberapa kios yang terkenal dengan ikon pisang ijo khas Makassar seperti Bravo atau Muda-Mudi. Kalau bisa membuat jalangkote sendiri, mengapa mustahil dengan pisang Ijo?

Gambar dari http://masteresep.com
Gambar dari http://masteresep.com

Ada beberapa bahan dasar yang sulit ditemukan di Stockholm. Mencari jenis pisang yang tepat untuk dikukus, daun pandan suji atau pandan pasta untuk bahan kulitnya, sampai sirup DHT yang rasanya tidak bisa tergantikan.
Belum lagi menyebut sajian Mie Kering yang dijadikan sebagai makan malam kedua. Lupakan Mie Titie yang menjadi ikon kuliner ini, Mie Anto adalah tujuan tepat untuk menculik beberapa sahabat untuk menikmati seporsi mie kering. Walaupun niat awalnya hanya memesan porsi kecil, tak urung ketika menginjakkan kaki di jalan Bali, pikiran tersebut bisa berubah dalam sedetik.

Cukup sudah. Saya harus menghentikan postingan ini sampai disini sebelum hati saya hancur berkeping-keping lagi. Selamat melanjutkan paruh kedua Ramadhan teman, tetap semangat yah!

One thought on “5 hal yang paling dirindukan dari suasana Ramadhan di Indonesia.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.