Apa yang bisa kita harapkan dari Dwyane “The Rock” Johnson? Sosok yang begitu sangar seperti The Scorpion King, ataukah sosok lucu dalam Fairy Teeth? Sepertinya ketika The Rock banting stir untuk genre komedi keluarga, dia berhasil membangun satu sosok daddy wannabe. Di film ini kita akan ketemu lagi dengan tipikal perannya yang seperti itu.

Ketika bercerita tentang film Journey To The Center of The Earth, sang anak masih kecil. Di film ini. cerita kemudian berpindah ke 10 tahun berikutnya, ketika sosok Sean Anderson (Josh Hutcherson) sudah mendapat ayah tiri dengan semua usahanya untuk diakui menjadi seorang ayah. Usaha itu berhasil? Tidak.

Suatu hari, Sean mendapat sinyal aneh. Dia nekat menerobos masuk ke fasilitas satelit kemudian tertangkap oleh polisi. Sinyal ini kemudian diterjemahkan datang dari sang kakek yang berada di dunia antah berantah. Inilah awal mula cerita. Ketika Hank Parsons (Dwayne Johnson) kemudian merasa inilah jalan masuk kedalam dunia sang anak. Berusaha mengerti segala sesuatu dari sudut pandangnya, memberi keyakinan. Walaupun akhirnya pertentangan mereka masih terasa, sikap sang anak kemudian melunak. Terutama ketika dia diberi izin untuk menjelajahi peta yang dipecahkan dari sandi rahasia. Yang membuatnya jengkel? Tentu saja karena sang ayah juga turut serta.

Mengambil setting di sebuah negara dan pulau yang antah berantah, petualangan mereka dimulai. Petulangan bertambah seru dengan sosok Kapten Gabato dengan sang putrinya yang cantik, Kailani (Vanessa Hudgens). Kenapa harus mereka? Maklum saja, tidak ada seorang pun yang ingin bepergian ke koordinat pulau yang dimaksud. Pasangan ayah-putri inilah yang cukup gila meladeni permintaan aneh dan bahaya tersebut. Berbekal helikopter butut, masuklah mereka ke satu daerah yang lebih pantas dijuluki sebagai makam kapal.

Sudah siap berpetualang? Silahkan ketatkan ikat pinggang karena kita akan memasuki petualangan luar biasa. Dari imajinasi sang sutradara Brad Peyton, bisalah kita menafsirkan bagaimana isi buku Jules Vernes sesungguhnya. Cerita dalam cerita? Itulah patologi yang mendasari semua kemustahilan yang terjadi. Gajah yang seukuran kucing? Apel raksasa? Laba-laba berukuran super? Semuanya masih masuk akal dibandingkan gunung berapi yang menyemburkan emas. Tidak masuk akal? Hey! Ini film fantasi, toh semuanya diperbolehkan.

Ketika pertemuan dengan sang kakek (Michael Caine) terjadi (yang melibatkan kadal raksasa), ada cerita lain menanti. Petualangan di Atlantis! Mitos pulau tenggelam menjadi dasar cerita. Reruntuhan yang ingin diperlihatkan sang kakek, bahwa semua hidup yang didekasikannya tidak berjalan sia-sia. Siklus 140 tahunan ternyata berubah karena pemanasan global dan pulau misterius tersebut akan tenggelam. Satu-satunya jalan adalah dengan mencari kapal selam yang berada di sisi lain pulau. Apakah mereka berhasil melewatinya?

Endingnya mungkin sudah bisa diketahui. Saya cuma ingin membahas sosok Dwayne Johnson yang sukses menyebrang ke genre komedi keluarga. Dia melalui proses transformasi itu dengan sukses. Sosok Daddy Wannabenya terlihat alami dengan dialog-dialognya bersama sang anak. Sementara Josh Hutcherson? Tentunya sangat menarik untuk menunggu filmnya teranyarnya yang akan rilis bulan depan, yakni The Hunger Games.

Tidak perlu mengernyitkan dahi atau mempermasalahkan logika ketika menyaksikan film petualangan ini. Mungkin ada beberapa scene yang sangat tidak masuk diakal. Sesungguhnya dari judulnya pun ini murni film fantasi. Ada beberapa scene yang sangat mengagumkan. Proses meletusnya gunung berapi, sampai suasana bawah laut yang sangat indah. Ditambah lagi teknologi 3D akan sangat membantu melalui beberapa adegan petualangan di dunia antah berantah ini. Pernah terbang dengan lebah? Disini kita akan mengalaminya!