Kepada M, tentang Desember.

Kepada M, tentang Desember.

Holla! Desember sudah hampir berjalan separuh dan saya baru sempat menanyakan kabarmu. Syukurlah dirimu menyukai Eleanor and Park, saya membayangkan wajahmu bersemu merah ketika membaca halaman demi halaman.

Hotorget; yang dipenuhi lampu ketika malam tiba
Hotorget; yang dipenuhi lampu ketika malam tiba

Stockholm di bulan Desember masih sedikit hangat. Suhu harian berkisar 2 sampai minus 5 derajat. Kata orang lokal, suhu seperti ini masih terllau hangat untuk salju putih yang selalu kita lihat di televisi. Apakah rasanya akan sesuai dengan ekspektasi?

Entahlah M. Setiap orang menanyakan bagaimana saya menyiasati dengan semua perbedaan dan perubahan yang terjadi ke negara tropis ke negara setengah kutub, saya juga bingung harus menjawab seperti apa. Sudah berulang kali rasanya saya menjelaskan bahwa saya sudah meninggalkan semua prasangka dan semua ekspektasi sebelum berangkat ke Stockholm. Sebelum semua impian dan harapan tidak sesuai dengan kenyataan.

Bukankah hidup seringkali seperti itu?

Semoga twist yang terjadi padamu tidak seperti drama yang terjadi di kepalaku. Rasanya Desember menjadi bulan yang penuh dengan turbulensi ingatan, rencana, ketakutan tentang hal yang tak pasti. Manusia itu memang selalu aneh yah M.

Stockholm sudah riuh dengan lampu-lampu menjelang natal semenjak penghujung November. Daerah favorit saya untuk berjalan kaki adalah Hotorget, daerah yang akhirnya saya hapal di luar kepala ketika bekerja sebagai volunteer Stockholm Film Festival. Tapi selalu ada yang mengganjal M, tentang lampu-lampu yang pijarnya tidak mampu menghapus sepi ketika berjalan sendiri.

*putar sealbum Sam Smith*

Tidak, saya tidak sesepi yang kau bayangkan. Desember selalu penuh dengan rencana-rencana baik yang pasti maupun akan menjadi kompromi. Bagaimana mengkomromi perasaan yang selalu berkhianat?

We love the ones who ignore us and we ignore the ones who love us.

Mungkin itulah fakta terpahit yang selalu kita jalani. Terkadang saya merasa sangat jahat, ketika perhatian yang diberikan seseorang menjadi tersia-siakan karena sudah terlalu terbiasa menjalani semuanya sendiri. Merdeka secara pikiran dan perasaan. Sampai satu kutipan dari film yang saya tonton hari ini,

If you want to go fast, walk alone
If you want to go far, walk together

Together; An unknown verb.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.