Browsed by
Category: Ordinary Day

Memulai kembali.

Memulai kembali.

Selalu ada pembenaran untuk semua hal, termasuk menelantarkan radioholicz sampai sebulan lebih. Padahal sepanjang bulan Oktober banyak sekali peristiwa yang terjadi. Oktober akan selalu menjadi bulan yang menakjubkan, ketika semua unicorn dilepas dan semuanya berlalu dengan sangat menyenangkan.

halo, november
halo, november

Kelak, ketika peta ingatan Oktober sudah bisa diakses kembali mudah-mudahan cerita itu akan bertebaran di blog ini.

”Jadi mengapa jarang menulis panjang lebar lagi?”

Seperti ucapan pembenaran dalam kalimat pertama bahwa selalu ada alasan untuk apapun. Kali ini kambing hitamnya jatuh pada jurnal doodle yang berisikan seluruh hal tentang keseharian disini. Semua hal-hal tidak penting semuanya terangkum dalam satu buku, mulai dari jadwal kuliah, jadwal bekerja, resep perkedel kentang, lirik lagu, dan beberapa foto yang sudah dicetak.

Saya merindukan sensasi menulis di kertas dengan tulisan warna-warni atau penuh kerandoman yang tidak penting. Teringat beberapa tahun lalu saya rutin membeli agenda hitam yang rutin diisi dengan jadwal kuliah, daftar utang di mace baruga, current crush, ataukah potongan gambar dari beberapa serial favorit.

Kalau bisa dikatakan sih itulah sebenarnya blog, pinterest, dan tumblr dalam dunia nyata.

Read More Read More

Alex Ground ~ Solid Ground

Alex Ground ~ Solid Ground

AlexVargas-SolidGround

I know he’s safety,
And I am disarray,
My will be done,
I’d have you any way.

He has your hand,
You hold my everything,
This silent burden will be my tragedy.

*Secara tidak sengaja saya mendengarkan musiknya melalui kanal soundcloud dan seketika saya tercenung mendengar vokalnya. Ada kerapuhan yang begitu jelas pada track “Solid Ground”, tentang sebuah harapan yang sepertinya penuh dengan kemustahilan. Alex Vargas sudah memulai karirnya sejak tahun 2008 dengan bergabung bersama band Vagabond. Mereka pernah menjadi penampil pembuka James Morrison dan The Script sampai akhirnya dia memutuskan untuk bersolo karir pada tahun 2010. Simak bagian setelah reffrain ketika dia bernyanyi dengan lirih he has your hand, you hold my everything. Damn! This is a good song!

Pengalaman menjadi relawan Stockholm Film Festival.

Pengalaman menjadi relawan Stockholm Film Festival.

Sore terasa begitu panjang ketika kami sibuk membenahi tenda panitia Summer i bio festivalen atau Festival Film Musim Panas di Stockholm. Beberapa orang tampak merapikan bungkusan merchandise bagi para pembeli kartu membership untuk festival film yang akan diselenggarakan pada bulan November yang akan datang. Saya dan Oskar sore itu membereskan permen, cemilan kecil dan mempersiapkan teh dan kopi yang akan dijajakan di kios panitia.

Jadi volunteer lagi!
Jadi volunteer lagi!

Ini adalah kali ketiga saya bergabung dengan festival film terbesar di Stockholm. Ketika melihat melihat pengumuman mereka mencari volunteer atau relawan melalui papan iklan Kulturhuseet, rasa penasaranku tergelitik. Bagaimana rasanya bergabung dengan tim yang benar-benar baru? Rasanya masih teringat dengan jelas ketika Jasmina, sang koordinator relawan mewawancarai semua calon volunteer untuk mengetahui keahlian, minat dan bakat untuk ditempatkan di divisi yang tepat. Gugup? Tentu saja! Belum genap 3 bulan di Stockholm saya sudah berani untuk menceburkan diri dalam satu lingkaran yang benar-benar baru. Toh dalam pikiran mungkin ini bisa membantu untuk berkenalan dengan orang-orang baru.

Selain berharap nantinya bisa nonton film gratis selama festival sih.

Untunglah gegap budaya tidak sampai terjadi ketika hari pertama bekerja. Ada begitu banyak keterbatasan yang membuatku tidak bisa dengan mudah masuk ke divisi utama. Kendala bahasa adalah yang utama, ketika seluruh koordinasi dilakukan dalam bahasa Swedia. Maka jadilah tahun lalu saya masuk dalam divisi Silver Screen Award yang bertugas untuk memberi informasi mengenai film khusus dari Amerika yang mendapatkan bersaing dalam kategori tersebut, memberikan daftar polling, sampai menunggu daftar polling tersebut dari pengunjung ketika film selesai.
Perasaan saya campur aduk. Antara ego dan gengsi.

Read More Read More

Paolo Nutini ~ Last Request

Paolo Nutini ~ Last Request

Slow down, lie down,
Remember it’s just you and me.
Don’t sell out, bow out,
Remember how this used to be.

*nama Paolo Nutini sepertinya tidak pernah benar-benar hadir dalam ingatan pengamat musik, tapi siapa yang bisa melupakan debut singlenya yang beredar tahun 2006? Ada nada lirih yang hadir selama 10 detik di bagian awal lagu. Ketika dia mulai bercerita tentang dinamika sebuah hubungan, apakah memang menjadi sesuatu yang layak diperjuangkan. Entah sejak kapan track ini menjadi pengisi playlist tetap di berbagai perangkat pemutar musik yang saya miliki. Mulai dari mood yang ditimbulkannya, keresahan yang diantarkan pada setiap larik bait, sampai video yang sangat ambigu.