Browsed by
Category: Ordinary Day

Dreams

Dreams

sedikit klise, tapi seberapa besar usahamu untuk mengejar impian?
saya baru memulainya. selamat datang Mei 🙂

Minggu yang panjang.

Minggu yang panjang.

Hidup selalu memberi kejutan. Kalau tidak mau dikatakan memiliki caranya sendiri untuk berjalan. Sampai sejauh mana kita bisa menebaknya? Setidaknya jangan pernah mencoba mengerti. Karena dadu nasib tidak pernah bisa memihak siapapun.

Minggu ini berjalan sangat melelahkan. Perjalanan mengenali kembali berbagai emosi dasar yang pernah ada. Beberapa orang selalu bertanya, ada apa sebenarnya dibalik keriuhan kepalaku? Mereka tidak tahu, tidak pernah tahu.

Image by http://piccsy.com/2012/04/main-io45cc9/

Apa yang sebenarnya terjadi? Saya selalu bisa memanipulasi pikiran dan perasaan. Saya selalu bisa menekannya. Semua emosi dasar yang menjejejali kepala. Selalu berharap bahwa semuanya baik-baik saja. Bagaimana kalau sebenarnya tidak semua hal berjalan sesuai keinginan?

Kelahiran, pernikahan, bertukar tempat dengan semua gambaran perasaan yang saya alami pekan ini. Sebuah perjalanan roller coaster emosi. Saya bahagia ketika seorang sahabat menikah, mengingat janji untuk selalu bersama. Saya tertekan ketika pekerjaan kantor berada di titik menegangkan. Murka tingkat gubernur? Saya sudah melalui itu. Membuat posisi saya di kantor menjadi sedemikian rapuh. Harus memulai semuanya dari awal lagi.

Ternyata perjalanan emosi itu belum ingin berhenti. Pekan ini saya merelakan 2 orang melakukan perjalanan jauh. Perjalanan terakhir mereka menghadap sang Khalik. Sang pemilik nyawa. Apa yang tersisa dari perasaan saya sekarang? Penuh.

Barangkali kematian adalah cara yang paling elegan untuk melepaskan semua perasaan itu. Perasaan jenuh, perasaan tertekan, perasaan bahagia. Tapi setelah itu apa? Kembali ke fitrah. Kembali ke tanah. Menyisakan beberapa orang yang berduka.

Tapi saya selalu menepikan pilihan itu. Sejauh apapun emosi membawa, saya selalu mempunyai penangkalnya. Bahwa saya harus hidup. Untuk menyelami dadu kehidupan. Barangkali tidak semua kepergian akan berjalan lancar. Laksana roller coaster emosi, semuanya akan bermuara kepada satu perjalanan akhir. Kematian. Bukan saat ini. Tidak sekarang.

Masih ada hari yang akan terlalui, masih ada jutaan emosi yang siap dinikmati. Menenggelamkannya lagi? Mungkin tidak, saya akan berdansa dengan semuanya.

Late – ely my energy’s just drained away
And now..my mind..is workin’ overtime
It’s been a loooong day (Amy Winehouse)

Janji.

Janji.

Saya percaya janji yang paling tinggi tingkatannya adalah janji kepada diri sendiri. Mengalahkan janji kepada yang lain. Dalam taraf apa kita bisa mengukurnya? Tentu hal ini menjadi sangat subyektif. Bukankah janji kepada diri sendiri menjadi ukuran personal?

Mereka bilang, janji kepada orang lain gampang terlupa. Serupa jalinan benang yang tidak erat. Bagaimana janji bisa berupa simpul yang mudah meregang, dan terlepas. Siapa yang harus disalahkan? Tidak ada. Tapi mungkin akan menihilkan kesempatan untuk membuat satu simpul lagi, dengan orang yang sama di keesokan hari.

Bagaimana dengan janji kepada Tuhan? Ah itu urusan vertikal. Bukankah kata orang dalamnya hati siapa yang tahu? Jangan sampai kemudian kita terjebak pada simbolisasi pragmatis orang-orang yang dijanjikan bahagia dunia akhirat.

Happy for you sist,

Jadi apa yang bisa saya katakan? Barangkali memang janji kepada diri sendiri yang merupakan kasta tertinggi. Janji untuk membuat diri sendiri bahagia. Mencari kebahagiaan hakiki.

Bukannya saya mau terjebak pada stigma masyarakat. Mereka bilang, bahagia setidaknya bisa dicapai dengan bantuan orang lain. Mungkin saya akan mencoba lagi mempercayai ini. Bahwa bahagia ada di beberapa ruas senyum orang lain. Atau bisa dengan jemari yang saling menggenggam, melewati hari. Merubah sepi menjadi semi yang membuncah. Setiap hari.

Hari ini dua orang mengikat janji. Tidak main-main. Mereka ingin sehidup semati. Hari ini saya meneguhkan hati lagi. Mencoba memperbaharui janji kepada diri sendiri. Bahwa bahagia untuk semua orang. Bahkan untukku, suatu hari nanti. Pasti.

Untuk Echy dan Fuad yang hari ini menikah, yakinlah bahagia selalu menemani.

One Direction – One Thing

One Direction – One Thing

 

Now I’m climbing the walls
But you don’t notice at all
That I’m going out of my mind
All day and all night

*sepertinya invasi Inggris belum akan berakhir tahun ini. Era kebangkitan boyband? Niall Horan, Zayn Malik, Liam Payne, Harry Styles dan Louis Tomlinson adalah jebolan X-Faktor yang dimentori oleh Simon Cowell. Sepertinya tren akan sedikit berulang. Menyimak musik One Direction, seperti menyimak rilisan awal Westlife, tetapi dalam versi yang lebih ceria. Harmonisasi mereka terdengar rapi, dengan tidak menonjolkan satu orang solois saja. Sukses mendaratkan album di puncak Billboard Top 100, bagaimanakah nasib mereka kedepan?